Masih seputar Manusia jenius Bacharuddin Jusuf Habibie.Namun kali ini tentang masa-masa sulit yang beliau lewati, ini membuktikan dan memastikan bahwa beliau adalah "manusia biasa". Aku masih terus bergelut dengan buku biografinya "Rudy" masa muda sang Visioner. Ada hal menarik yang ingin aku sampaikan kepada kalian tentang sosok Habibie muda, yang mungkin masih sebagian orang yang mengetahui. Buku "Rudy" adalah catatan tentang masa mudanya, yang sangat cocok untukku, kalian dan kita semua.
Beliau telah menjadi sosok hebat yang dikenal di seantero dunia, bukan hanya di Indonesia saja. Karena kejeniusannya yang diatas rata-rata., capaiannya dalam bidang Teknologi, hingga membuat pesawat yang sampai ke ruang angkasa. Tapi siapa yang menyangka bahwa beliau ketika pertama kali berada di Jerman memiliki hari-hari yang berat dan sangat tidak asing bagi anak sekolah yang berasal dari kampung yang berada di tempat baru. Mulai dari harus berjalan jauh karena memiliki tempat tinggal di tepi yang jauh dari tempatnya kuliah, di kota Aachen*, yang lebih murah, kamar tanpa penghangat, kamar mandi tidak ada, makan ala kadarnya, bahkan mandi hanya 2 kali dalam seminggu. Itupun beliau harus mandi di tempat pemandian orang miskin. Yang harus antre, ditambah lagi mandi dengan waktu yang singkat.
Awal-awal beliau di Jerman tubuhnya sangat kurus, karena jarang makan daging. Kehalalannya diragukan, itu prinsip beliau. Menjaga makanan halal adalah hal dasar yang harus di jaga. Beliau lebih memilih makan roti dan buah daripada daging. Untuk buah, Habibie muda menghabiskan waktu di perpustakaan selama berjam-jam untuk membaca buku, yang tak jarang petugas perpust memberikan buah apel padanya. Inilah salah satu cara beliau mendapatkan buah secara cuma-cuma.
Hal unik lainnya yang menarik adalah "tidak akrab" nya beliau dengan bilik telpon umum. Di Jerman telpon umum memiliki sensor di lantai ruangan tersebut. Untuk menelvon, ruangan harus menyala lampunya dan lampu tersebut menyala melalui sensor. Karena tubuh Habibie muda terlalu kecil untuk ukuran Jerman, beliau harus membawa batu dan dipijakkan agar lampu bilik menyala. Jadilah pemandangan aneh, seorang anak kecil menelvon di atas batu-batu di lantai bilik.{1}*
Kalian perhatikan foto diatas, baju musim dingin yang dikenakan adalah baju yang dibeli di tokoh anak-anak. Karena ukuran tubuh beliau sangat kecil, jadi beliau harus pergi ke tokoh baju anak-anak agar mendapatkan size yang sesuai ukuran tubuhnya. Unik bukan?
Sehingga tak heran jika beliau disebut oleh banyak orang "Habibie ini badannya kecil, tapi isinya otak semua". Begitu kecerdasan beliau sangat membuat orang kagum dan tercengang.
Ini menjadi renungan dan pelajaran bagi kita semua, bahwa Bacharuddin Jusuf Habibie yang kita kenal hebat dan bergelimang prestasi melewati masa-masa sulit yang harus diperjuangkan dengan peluh keringat dan air mata. Tantangan bukan sedikit yang harus dilalui dan itu membuat beliau menjadi dikenal kehebatannya.
Untuk kita para anak muda, generasi ini membutuhkan orang-orang bervisi besar dan berkomitmen untuk memiliki cita-cita tinggi. Menjadi orang besar haruslah melewati kesulitan dan tantangan yang besar pula, itulah yang membedakan orang berhasil dengan orang gagal.
Kita tidak bisa meminta IQ jenius seperti Pak Habibie, namun kita sangat bisa sekali meniru dan menjadikan beliau sebagai contoh bagaimana kesungguhannya belajar dan melewati hambatan-hambatan dalam pendidikan. Kecerdasannya yang diatas rata-rata adalah anugerah Allah SWT padanya, tetapi bekerja keras dan pantang menyerah yg beliau lakukan adalah pilihan yang bisa kita tiru.
Mulailah dari sekarang, setelah kalian membaca tulisan sederhana ini.
*Salah satu kota paling Barat Jerman yang berbatasan dengan Belgia dan Belanda
{1}*Gina S Noer, Rudy, Masa Muda Sang Visioner, Bentang Pustaka, Cet ke-6 2016, hal. 119
0 Komentar