Jika mengikuti Barat yang saat ini dijadikan patokan atau kiblat segala peradaban, maka banyak sekali hal yang bertentangan dalam kehidupan yang melahirkan kebahagian. Sehingga nilai-nilai pendidikan yang harusnya di utamakan kini disampingkan. Dewasa ini, bagi seorang pelajar di abad melenium, nilai tinggi adalah tujuan utama dan banyak yang rela melakukan apapun demi mendapatkan target yang ingin dicapai, tidak peduli perbuatan itu baik atau tercela. Karena nilai-nilai luhur yang menjadikan akhlak sebagai landasan utama di hilangkan, dikesampingkan, dan bahkan dicampakkan. Murid-murid banyak yang memiliki moral yang sangat memprihatinkan, namun karena yang menjadi ukuran adalah angka, akhlak tidak masalah jika masih dibawah, padahal disini letak masalahnya.

      Dikehidupan nyata dalam bermasyarakat yang dibutuhkan adalah moral yang baik bukan angka yg baik. Tidak semua kehidupan sosial mereka harus menyebutkan nilai-nilai pelajaran yang telah didapatkan disekolah untuk bermasyarakat.

santri mendengarkan Nasehat dari Sang Ustadz/dok pribadi

Nah, Islam memiliki tokoh yang diabadikan dalam Al Quran, ia bukanlah seorang Nabi ataupun Rasul. Hanya “manusia” biasa sebagaimana layaknya kita. Tetapi namanya tercantum dalam Kitab Suci yang memiliki mukjizat tiada duanya. Lukman AL Hakim namanya. Ia memiliki nasehat untuk anaknya, yang pada dasarnya nasehat itu untuk  kita, yah, kita semua. Apa kecerdasan itu, dan bagaimana orang yang cerdas itu.

Saya akan menuliskan pesan-pesan lukman Al Hakim dari karya Majdi Asy Syahari, sebagai berikut :
“Wahai anakku, orang yang cerdas, pandai, dan bahagia pasti mencintai sesamanya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. ia bersikap hemat dalam keadaan kaya dan menjaga kehormatan diri disaat fakir. Harta tidak akan melalaikannya dari Allah. Kemiskinan juga tidak mungkin menyibukkannya dari mengingat Allah”

“wahai anakku, orang yang cerdas itu akan bisa mengambil manfaat dari kesabarannya. Ia selalu mendengarkan siapa saja yang menasehatinya. Ia tidak memusuhi orang lebih tinggi derajatnya dan tidak pula melecehkan orang yang lebih rendah derajatnya”

“ia tidak meneuntut apa yang bukan miliknya dan tidak menyia-nyiakan apa yang ia miliki. Ia tidak menguvapkan yang tidak diketahuinya dan tidak menyembunyikan ilmu yang ada padanya.”
“wahai anakku, orang yang cerdas itu merasa puas dengan hak yang dimilikinya dan tidak pernah merugikan hak-hak orang lain. Orang lain tidak merasa terusik olehnya dan dia pun tidak merasa terbebani  oleh orang lain”

“wahai anakku, orang yang cerdas itu mau menerima nesehat dari orang yang menasehatinya. Ia bergegas dalam hal kebajikan dan lamban dalam hal keburukan. Ia kuat dalam berbuat baik dan lemah dalam kemaksiatan. Ia memiliki sedikit pengetahuan tentang nafsu syahwat”

“wahai anakku, orang yang cerdas itu tetap berbuat baik disaat orang berbuat jahat kepadanya. Ia menggunakan hartanya untuk kebaikan dan tidak menafkahkan hartanya yang bukan miliknya”

“wahai anakku, di dunia ibarat perantau. Tujuannya adalah kehidupan kelak. Ia selalu mengajak pada kebaikan dan mengajarkannya. Ia mencegah kejahatan dan menjauhinya. Batinnta sesuai dengan lahirnya. Ucapannya selareas dengan perbuatannya” **

Pendidikan Tauhid melahirkan kecerdasan terbaik!


Subhanallah, begitu dahsyatnya nilai-nilai nasehat yang Lukman Al Hakim uraikan. Begitu dalam nilai-nilai didalamnya. Betapa yang disampaikan begitu penting untuk kita seluruhnya dalam mengarungi kehidupan, dan apabila kita mengamalkannya, maka kita akan sukses bermasyarakat terlebih lagi kita akan bahagia di dunia dan di akhirat. Adakah angka yang disebutkan Lukman,? Tidak, tidak ada angka yang disebutkannya, namun bukan berarti kita menafikan nilai pelajaran disekolah. Hanya saja, kita perlu mengingat dan menanamkan dalam benak kita, bahwa pendidikan moral adalah hal yang utama.!


**sumber majalah Hidayatullah