Aku ingin bercerita kepada kalian tentang sahabat-sahabatku yang selama ini aku selalu ceritakan dihadapan para santri-santriku, di hadapan teman-teman baruku, di hadapan keluargaku, dan di hadapan siapapun itu yang ingin mendengar cerita dariku tentang mereka. Aku menceritakan semua tentang kami, tentang kami makan bersama, kami jalan bersama, kami dihukum bersama, kami menderita bersama, kami tertawa bersama, kami sedih bersama, mencari solusi bersama, bermimpi bersama, mengejar mimpi itu bersama, kami bahagia bersama dan kami ada di tempat yang sama. Sahabat-sahabatku ini sangatlah unik dan langka. Aku sudah lama mengarungi hidup di muka bumi ini, ya meskipun baru 23 tahun, tapi jika kalian hitung dengan menit, sudahlah tentu aku memilki ratusan ribu detik di bumi ini. Nah, aku punya banyak pengalaman yang menarik dengan sahabat-sahabatku.
  Untuk kalian sahabatku yang membaca ini, putar lah lagu ini sebelum kalian membaca kalimat-kalimat lain di bawah ini. musik ini



Dan ini yang  terakhir kita bisa berkumpul bersama sedikit utuh

    Sahabat memang begitu, mereka membuatku tertawa, aku sering tertawa bersama mereka, ketika mereka berbicara dengan urat nadi yang tegang, karena beradu argemen yang tidak penting sebenarnya, dan bahkan jika itu di perdebatkan di ruang publik, tentulah tidak akan ada yang datang mendengar. Karena apa? kalian tahu? karena apa yang di perdebatkan tidak ilmiah, karena kebenaran dalam perdebatan kami adalah siapa yang paling banyak berbicara, dan yang diam tak bisa mengeluarkan kalimat sepatah katapun berarti dia sudah melempar handuk dalam arena perdebatan yang sengit itu.
Baca : Milad Pondok Al Jauhar punya Cerita

 Nah, aku melihat mereka saja sudah tertawa terbahak-bahak. Membahas bola, jangan kalian tanya berapa menit membutuhkan waktu untuk membicarakannya itu? ribuan detik, puluhan, dan bahkan sepanjang hidupmu bersama mereka akan terus dibahas betapa hinanya dirimu jika salah memilih tim, pemain favorit, atau bahkan skor yang engkau prediksi. 


    Tentu kalian akan bertanya, dari mana caranya bisa mengetahui banyak hal tentang bola atau tentang topik perdebatan yang sempat viral di bangsa ini? koran, akar masalahnya adalah koran. Kami memiliki etalase koran sendiri khusus untuk dibaca para santri yang ingin menyaksikan perkembangan zaman. Dan kami hanya melirik lembaran bola, yah, hanya bola yang paling menarik bagi kami. Bahkan, kalau kalian ingin tahu, kami bisa menghafal nama-nama pemain bola yang sudah aku pastikan mereka tidak mengenal kami, tidak mengenal sekolah kami, ataupun negara kami, namun kami hikmat menghafal jumlah saudaranya, hoby selain bola, harga jualnya, gaji di klubnya, dan rumor ia akan kemana setelah klub tersebut kami bisa mengetahuinya. Hafal, kami hafal semua kawan. Jadi jangan pernah menganggap sebelah mata kemampuan wawasan kami tentang perkara kulit bundar ini, dan aku yakin tidak akan ada yang mampu berdebat dengan kami. Aku yakin itu.



      Aku masih membahas tentang bola, ini saja sudah panjang yang tidak berujung. Banyak hal yang membuatku tertawa disini, seperti aku melihat teman-temanku berlari keliling lapangan karena mendapatkan hukuman dari pembina, kemudian setelah di hukum mereka kembali ke kamar dengan wajah memerah karena menahan amarah yang membara. Kemudian, memukul lemari hingga hancur, kenapa? mereka melampiaskan amarah yang tidak terbendung, karena melawan kepada pembina adalah pelanggaran yang besar dan musibah bagi kami apabila berani-berani melakukannya. Nah, yang membuatku tertawa, siang aku mendengar suara pukulan ke lemari, kemudian malam sudah terdengar suara ketukan palu berkali-kali, kenapa? tentu itu pertanyaan kalian, tenang, akan kuceritakan lengkap tanpa kalian harus bertanya-tanya. Mereka memukul lemari karena emosi, kemudian tak lama setelah itu mereka akan pergi mencari paku dan palu untuk memperbaiki, aneh bukan? memang begitulah teman-temanku. Bahkan jika amarah mereka masih bisa membuat otak berfikir, mereka akan mencari lemari lain, untuk dipukul karena mereka tidak mau menghabiskan waktu memperbaikinya. Nah, jadi lemari-lemari yang di tengahnya itu bolong dan bekas terkena rehab, ketahuilah kawan, itu adalah santri-santri yang pemarah namun lupa menggunakan akal yang Tuhan berikan kepada mereka.
Banyak hal yang ingin aku teriakkan lama-lama dihadapan kalian, bahwa aku sangat bahagia ketika bersama mereka. Sahabat memang begitu...


     Menegur kita saat membuat salah, namun tak lama setelah itu ia akan melupakannya dan mengajak kita makan bersama. Atau mengambilkan makan untuk dimakan bersama, sepering berdua, sudah terbiasa. Jika kalian mencuci pakaian, kemudian pakaiannya hanya 5 yang dicucinya ada 13 itu tandanya banyak yang menitipkan, dan itu sudah biasa. Jika ibu datang membawa makanan, kemudian satu kamar sudah menunggu, saat makanan dia bagikan, kita berebut seperti manusia tidak pernah makan 3 tahun lamanya, itu sudah biasa. Dan rebutan itu sudah menjadi tradisi yang dijaga oleh santri-santri sana.  Konon menurut pendapat bodoh mereka, makanan yang dimakan dari hasil rebutan memiliki kenikmatan yang berlipat, dan tidak akan bisa dirasakan kecuali menelan makanan itu dari hasil rebutan. Jadi berebut makanan itu sudah mengakar di otak kami masing-masing, siapapun dia. Karena pernah suatu waktu kami makan dengan tertib, rapi, santun, penuh takzim, dan benar-benar berbeda, kesannya kurang nikmat. Ah, itu mungkin pendapat konyol kami saja, jangan kalian praktekkan, itu hanya bisa dilakukan oleh kami yang sudah berpengalaman tinggal, tidur, dan makan bersama. Hanya santri yang bisa, untuk kalian yang tidak santri, jangan coba-coba.


Menggunakan seragam yang sama, dan itu membuatku terharu

      Berebut makanan, kemudian sampai naik ke lemari paling tinggi, makan disana, atau membawa lari sejauh mungkin, agar tidak ada yang meminta, itu sudah biasa. Dan saat kiriman itu sudah dibagikan, sebelum ibu pulang kerumah, makanan itu sudah habis tak berbekas, dan ibu memberi pesan " ini untuk 2 minggu ya nak, jangan langsung di makan" tapi pesan itu seperti papan pengumuman " dilarang membuang sampah sembarangan", tidak dipedulikan, dan itu sudah biasa.

Senyum bahagia kita secara bersamaan, tidak
akan terlihat lagi
    Menyapu kamar agar bersih dan rapi, kemudian sampah hasil sapuan itu belum masuk ke tong sampah, sudah banyak sampah di kamar. Itu sudah biasa, dan selalu ada saja makhluk sejenis bakteri yang tidak mau menyapu, namun senang mengotori, dan pasti ada saja malaikat yang gemar menyapu tak pernah marah, dan sepertinya itu sudah menjadi hukum alam. Ada teman yang suka sekali menghina, tanpa berfikir bahwa dia memiliki banyak kekurangan, akhirnya perang hinaan, dan tak lama setelah itu, tertawa kembali, seperti tidak ada kejadian, itu sudah biasa.


Absen di sekolah karena ketiduran, kemudian guru bertanya di mana anak ini, pasti ada saja lidah tak bertuan yang mengucapkan "sakit bu !" kemudian ketika kita cari siapa yang berbicara itu, tidak ditemukan, itu sudah biasa. 

sahabat memang begitu....

Dan pada akhirnya, setelah 6 tahun bersama, kami bisa
mendapatkan sebuah gelar yang membanggakan
yaitu ALUMNI
   Dan setelah kita menggunakan seragam hitam hijau itu, menyanyikan lagu persahabatan kita, lagu tentang kita. Tertawa itu tidak lagi aku dengar setiap hari, sebagaimana yang selama ini kita lakukan, kita rasakan. Namun, tetaplah kalian menjadi muara bahagiaku, kita akan tertawa bersama suatu saat nanti.