Kita memiliki seorang Rasul yang langsung Allah Subhahu wata`ala didik. Itulah mengapa beliau menyampaikan bahwa kehadirannya adalah untuk menyempurnakan akhlak. Pembentukan akhlak bukanlah perkara yang mudah, melakukannya membutuhkan waktu yang cukup panjang dan kesungguhan ekstra. Sehingga hasil didikan beliau sangatlah terasa berdampak pada kehidupan jazirah arab ketika itu. 

    Sepeninggal Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, estafet perjuangan pendidikan dilanjutkan oleh para sahabat. Sehingga tidaklah kita dapatkan para sahabat yang berdiam diri di Madinah kecuali hanya sedikit. Semuanya pergi berkelana untuk menyebarkan risalah Islam yang kaffah ini. Sehingga Islam bukan hanya berada di Madinah dan Mekkah saja, Islam sudah mulai menyebar di Kufah, Basrah, fustat dan Syam. Dan ini tentunya menjalankan titah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bahwa seluruh penjuru dunia harus merasakan manisnya meneguk hidayah Islam dan iman.

   Di Mekkah sahabat Muadz bin Jabal mengajarkan Al Qur`an dan  hukum Islam, Abdullah bin Abbas mengajar tafsir, darinyalah lahir seorang murid-murid hebat salah satunya Sufyan bin Uyainah yang merupakan guru pertama Muhammad bin Idris atau lebih dikenal dengan Imam Syafi`i.

    Di Madinah, para sahabat yang mulia seperti Umar bin Khatthab, Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Umar mengajar di masjid Nabawi. Yang kemudian lahirlah murid Saad bin Musayyab, Urwah bin Zubair. Mereka mengajar sepeninggal sahabat memiliki murid salah satunya adalah Ibnu Syihab Az Zuhri ulama Tabiin yang membukukan hadist atas perintah Khalifah saat itu Umar bin Abdul Aziz.

   Di Basrah, Abu Musa Al AsyAri mengajar hadist, tafsir, dan fiqih. Kemudian Anas bin Malik mengajar hadist. Kemudian lahirlah dari mereka murid hebat generasi Tabiin seperti Hasan al Basri dan Ibnu Sirrin.

    Di Damaskus ada Abu Darda, di Palestina ada Muadz bin Jabal, dan Ubadah di Hims. Di Fustat (Mesir sekarang) Abdullah bin Amr bin Ash mengajar hadist yang memiliki murid bernama Yazid bin Abi Habib An Nuby, ia memiliki murid bernama Al Laits bin Sa`ad yang kemudian menjadi Mazhab Laitsi di Fustat ketika itu sejajar dengan Mazhab Maliki.

    Rantai keilmuan ini yang bermuara ke Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyambung dari ulama satu ke ulama lainnya, memiliki murid hingga murid memiliki murid lagi dan begitu seterusnya hingga ke akhir zaman, dengan ghoyah yang sama yaitu Rahmatan lil`alamin. 
 
   Estafet perjuangan Islam melalui pendidikan inilah yang menjadi salah satu asbab kita bisa mempelajari Islam hingga saat ini. Dengan berbagai disiplin ilmu yang tersedia dari berbagai ulama-ulama besar, Islam tidak redup meskipun sudah ribuan tahun lamanya. Bahkan Islam menjadi agama yang paling banyak di anut oleh penduduk muka bumi ini. Semua berkat pendidikan yang terus dijalankan dari waktu ke waktu dan memiliki muara yang satu yaitu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

Maka dari itu, pendidikan ini akan terus berjalan.Pondok pesantren atau Kuttab atau lembaga pendidikan Islam yang saat ini secara kuantitas sudah cukup untuk membendung arus globalisasi yang tidak terelakkan harus memiliki tujuan yang sama. Membendung serangan tren barat yang sedikit demi sedikit merobohkan keimanan generasi muda Islam. Berdiam diri sambil mengutuk keadaan seperti memaki kegelapan sambil menggenggam lilin. Haruslah ada pergerakan meskipun tidak signifikan, namun jika dilakukan secara bersamaan maka akan terbentuklah kekuatan yang kelak akan menjadi pelita kegelapan bagi umat.  Oleh karena itu estafeta perjuangan ini akan terus berlanjut ditangan para pemuda seperti kita. Kesadaran inilah yang mestinya kita pupuk untuk terus tumbuh agar cahaya Islam tetap menyinari anak cucu kita kelak nantinya.

   Tiga foto dibawah ini adalah salah satu aktivitas para pembina santri di Pondok Pesantren Hidayatullah Batam. seluruhnya diisi oleh pemuda, dengan motivasi dan harapan bahwa kelak akan menjadi hujjah dihadapan Allah Subhanahu Wata`ala. Semua kita akan dimintai pertanggung jawaban, kita gunakan untuk apa waktu dan masa muda kita. Dan mereka memiliki tujuan agar anak-anak muda yang menjadi santri di Pondok Pesantren Hidayatullah tetap terjaga dari arus  ombak kehidupan glamor dan melalaikan.
Membersihkan kamar santri baru

Membersihkan tangga yang sudah tidak digunakan 3 bulan lamanya

Dan semua yang membersihkan adalah pemuda

*Tulisan diatas memiliki referensi dari buku " Sejarah Pendidikan Islam" yang ditulis  H.M As`ad Thoha penerbit Insan madan