Aku sangat menyenangi sejarah, perjalanan Islam dari awal bangkit hingga saat ini aku sangat menyukai mempelajarinya. Di sini, di tempat aku mengajar sering sekali aku menceritakan perjalanan Rasulullah dan para sahabat. Keteladan mereka harus diceritakan terus menerus agar anak-anak muda saat ini tidak asing dengan Sirah.
Kali ini aku ingin menceritakan pada kalian tentang keadilan Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Yang mana keadilan adalah sumber kesejahteraan bagi seluruh manusia.
Ada seorang wanita yang mencuri pada zaman Rasulullah SAW, tepatnya saat penaklukan Mekkah. Maka kaumnya menemui Usamah bin Zaid, Agar dia berkenan memintakan ampunan kepada beliau. Ketika Zaid menyampaikan permintaan mereka itu, seketika itu pula muka beliau merah padam, seraya bersabda, "Pantaskah engkau membicarakan salah satu dari hukum yang sudah ditetapkan Allah denganku?"
Usamah bin Zaid berkata, "Mohonkanlah ampunan bagiku wahai Rasulullah ."
Selepas shalat isya beliau berdiri menyampaikan pidato. Setelah menyampaikan pujian kepada Allah, beliau bersabda, "Amma ba`du. Sesungguhnya orang-orang menjadi binasa, karena jika ada yang terpandang di antara mereka melakukan tindak pencurian, maka mereka membiarkannya. Namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah di antara mereka, maka mereka menghukumnya. Demi yang diri Muhammad ada di Tangan-Nya, andaikan Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya kupotong tangannya."
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wassalam memerintahkan agar wanita pencuri itu didatangkan, lalu dia dijatuhi hukuman potong tangan. Setelah itu dia pun menjadi baik karena bertaubat dan juga menikah dengan seorang sahabat.
Aisyah berkata, "setelah pelaksanaan hukuman itu dia datang kepadaku, lalu aku melaporkan keperluannya kepada beliau"
( Al Bukhari mentakhrij dari Urwah)
Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seakan-akan mengajarkan dan menegur kita hari ini. Ucapan beliau yang sudah 1440 tahun lebih usianya, namun sekarang kita merasakan buktinya. Saat ini sudah menjadi pemandangan yang biasa bahwa ketika ada para tokoh yang terkenal atau terpandang kemudian melakukan tindakan penccurian yang saat ini kita kenal sebagai tindak korupsi. Nah, jika orang terpandang itu melakukan hal yang keji, hukuman tidak sama bagi mereka yang melakukan dari orang-orang biasa.
Keadilan di negeri ini seakan-akan tercabik oleh kejahilan para pemangku kekuasaan. Kita tidak menyangkal bahwa hukum hanya berlaku bagi mereka yang lemah. Dan untuk pemilik kekayaan berlimpah, hukum bisa dibeli dengan harta.
Jelas terlihat dan terang tergambar bahwa kebinasaan akan terjadi untuk mereka yang mampu berbuat adil tapi tidak mau. keadilan adalah barang langkah yang sangat mustahil didapatkan saat sekarang ini.
Nabi Muhammad memberikan uswah pada kita tentang keadilan dan kesetaraan. Saat itu ada wanita yang mencuri dan kebetulan keluar wanita tersebut kenal dengan Usamah bin Zaid, salah satu sahabat nabi yang dekat dengan beliau. Niat keluarga wanita tersebut ingin menego hukum, siapa tahu dengan perantara Usamah bin Zaid wanita tersebut tidak dihukum sebagaimana mestinya, namun apa terlihat?
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam marah dan langsung menyampaikan pernyataan yang membuat Usamah ketakutan. Tidak mungkin hukum Allah diperdebatkan lagi dan diperbaiki lagi, karena ini adalah hukum dari sang Pencipta Alam semesta. Sangat tidak pantas jika menego hukum yang berlaku. Sampai-sampai beliau menegeaskan, "seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, maka Muhammad sendirilah yang akan memotong tangannya".
Ini menjadi teguran untuk kita semua, bahwa kita harus berlaku adil pada siapapun. Jika kita tidak bisa meminta pemimpin atau pemangku kekuasaan untuk berlaku adil, setidaknya kita sendiri sudah memulainya dengan berbuat adil pada sesama. Adil pada keluarga, istri, anak dan mungkin pada teman-teman sekitar.
Hukum Allah memiliki hikmah yang besar bagi siapapun. Baik dari pelaku yang dihukum atau orang yang melihat hukuman tersebut. Wanita yang Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam potong tangannya karena mencuri, akhirnya bertaubat dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Bahkan hidupnya jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya, karena ia telah mengambil pelajaran dari kejadian yang ia alami.
Dan tentunya untuk orang-orang yang melihat hukuman potong tangan tersebut, mereka akan berfikir seribu kali untuk mencuri. Dibayangan mereka akan tergambar, nanti tanganku akan dipotong seperti itu jika mencuri. Dan itu terus terpatri dalam benak manusia yang menyaksikan hukuman tersebut. Tidak akan berani mencuri barang sekecil apapun, dan akhirnya seluruh sisi kehidupan manusia akan terjaga dari perbuatan mencuri.
Begitulah hikmah dari hukum Allah untuk makhluknya. Karena Allah yang menciptakan manusia, sehingga tentulah Allah lebih mengetahui seluk beluk sifat manusia itu sendiri. Dan manusia sangat tidak pantas mempermasalahkan hukum Penciptanya, karena itu bentuk kedurhakaan. Namun, tetap saja akan ada setan-setan berwujud manusia yang ingin hukum Allah itu padam dan hilang. Meskipun usaha mreka keras dan berjuang mati-matian untuk menghilangkan hukum Allah, tidak akan pernah terjadi sampai kapanpun. Karena kebatilan akan dikalahkan oleh yang haq.
Begitulah kita harusnya mengambil i`tibar dari kisah perjalanan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat untuk kita. Renungan yang dalam harus kita lakukan untuk perbaikan diri kita dan orang lain.
Semoga bermanfaat, jangan berhenti untuk menyebarkan kebaikan yang ada.
0 Komentar