Pantai Medang ini berada tepat di ujung Pulau Rupat yang jika kita ukur dimulai dari Pelabuhan Roro. Setelah kita turun dari Roro yang membawa kita, perjalanan panjang menanti kita. Kurang lebih 2 jam 30 menit yang haru kita tempuh untuk sampai ke tempat tujuan.
Untuk aku pribadi ini adalah pertama kalinya ke Rupat, karena dulu saat Nugraha sahabatku menceritakan pengalamannya dari Rupat, ia langsung melarangku untuk datang sebelum menikah. Karena tempat yang ia barusan datangi sangat cocok untuk yang sudah menikah. Akupun tak membantah larangannya, karena aku sudah mengenalnya bahwa jika ia melarang sesuatu itu tandanya benar-benar larangan yang tidak bisa dibantah, begitulah sahabatku satu itu.
Jalan di Rupat cukup baik, lebih banyak aspal hanya sebagian saja yang tanah bebatuan. Pemandangan sekitar jalan sangat memanjakan mata, dan aku sangat menikmati perjalanan ini. Terlebih lagi aku menyantap pandangan indah ini bersama kekasih yang sepanjang jalan kami terus bercerita, bercanda ria menikmati waktu yang kami lalui.
Aku sama sekali tidak lelah diawal perjalanan ini, karena aku sedang berliburan bersama istriku dan juga sahabatku. Kami akan menuju tempat yang menjadi saksi persahabatan kami. Nugraha dengan khasnya memberitahuku bahwa perjalanan sebentar lagi. "Nggak jauh lagi diq, tak sampai 3 minggu" ucapnya sambil tertawa
Dia memang begitu, kami selalu bercanda setiap kali berada di jalan yang panjang dan tak berujung. Aku tetap menikmati jalan ini, aspalnya tidak berlubang, tidak seperti jalan sebagian di daerah kami. Rumah-rumah warga di tempat itu sangat menarik, terbuat dari kayu namun bukan kayu seperti biasa.
Setelah 2 jam lebih akhirnya kami sampai. Dan benar-benar indah kawan. Kami menuju penginapan yang tepat berada di bibir pantai.
Di depan penginapan terdapat berbaris kursi tidur untuk menikmati pemandangan laut yang luas tak berujung. Bebatuan besar disusun rapi untuk menghalau air naik lebih tinggi, karena informasi yang kudapat dari Nugraha, bahwa 2 tahun lalu saat ia ke pantai ini, pasirnya banyak dan luas, 30 menter dari kursi yang kami duduki.
Istriku duduk diayunan menikmati angin laut yang sejuk |
gambar ini diambil tanpa persetujuanku dan tanpa izin istriku memang begitu. |
20 meter dari kursi tidur, ada ayunan yang sangat dekat dengan laut. meskipun sedikit menjorok keatas, namun tetap saja air laut sangat dekat. Duduk di ayunan tersebut sangat rileks dan nyaman, menikmati keindahan alam yang sangat memanjakan jiwa. Allah benar-benar Maha Kuasa menciptakan alam ini tanpa bantuan siapapun dengan Kebesaran-Nya.
Sore hari, yah tepat di sore hari kami duduk santai. Kami berempat bercerita menjelaskan keindahan pantai ini. Pemandangan ini sangat tepat untuk kami yang baru saja menikah dan menjadi bagian dari perjalanan yang bisa diceritakan oleh teman sejawat. Oh iya, satu sahabatku Aksha belum menikah, dan dia tidak bisa kami ajak ke pantai ini, karena dia masih kecil, belum cukup umur untuk menikmati sesuatu yang telah kami nikmati, kalian tahu apa? ah, itulah dia pokoknya.
0 Komentar