Aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepada ibu guruku tercinta. Meskipun jadi yang paling terakhir.  Guru yang tidak pernah surut mengajarkan ukhwah kepada kami muridnya. Guru yang terus menjadikan kami sebagai murid meskipun kami sudah telah menyelesaikan pendidikan sejak lama. Bu Sesnawati, Guru kebanggaan kami, guru favorit kami, guru yang sangat milenial. hehehe itu kata orang zaman now.

   Aku ingin menjelaskan kepada kalian sosok beliau. Bu Ses panggilan akrabnya yang tinggal ntah dimana alamatnya, aku tak tahu, yang pasti kami tahu rumahnya. Rumah beliau dekat dengan  Pondok Modern Al Jauhar. Pondok tempat kami belajar. Oh iya, kalau aku bilang kami, itu artinya seluruh santri Pondok Modern Al Jauhar Duri yang lebih di kenal khalayak tukang ojek pasar Mandau sebagai PANTI. Yah, kami dibilang anak panti oleh tukang ojek pasar, padahal setiap kami mau menggunakan jasa mereka selalu mengatakan " bang ke Pesantren Al Jauhar ya,,," jawaban yang tidak pernah berubah sejak zaman Majapahit hingga sekarang zaman Android "oh, ke panti ya dek". Usut punya usut, dulu Al Jauhar adalah panti asuhan yang dari masa ke masa semakin berkembang hingga jadilah Pondok Modern Al Jauhar IKHD. Pondok yang telah beridiri 25 tahun lamanya. Nah, itulah sejarah singkat tentang "Panti"

   Kenapa pulak bahas panti, aku kan bercerita tentang beliau. Ok lah kembali ke topik. Bu Ses itu sangat dicintai banyak santri hampir semua santri yang sudah menjadi alumni dan akan menjadi alumni sangat dekat dengan beliau. Aku ingin bercerita tentang kisah kami anak Diamond yang menjadi anak ke berapa ya, ah tak tahu aku ntah anak ke berapa ratusnya kami. Karena jika berkunjung kerumah beliau, selalu disambut dengan senyuman khas beliau yang menularkan bahagia "aiii, anak ibu datang, kemarin anak Marvel, dua hari yang lalu angkatan ini, bla,bla bla" begitulah selalu jika kami ke rumah beliau. Karena memang banyak yang datang setiap waktu.



    Pernah suatu ketika, saat kami menjaga pondok ketika libur panjang. Karena memang setiap libur panjang, santri kelas akhir ada sebagian yang menjaga pondok. Nah, waktu itu kami ber berapa yah, ah lupa aku. Pokoknya lebih dari 5 lah. Kami menjaga pondok, tapi waktu itu kami tidak dapat makan dan laparpun tak bisa di hindarkan. Kami memutuskan kerumah beliau untuk "mengais rezeki". Datang kerumah, dan beliau belum masak. Tapi saat tahu kami datang dan belum makan, beliau langsung memasak nasi dan lauk untuk kami. Aku ingat kali, waktu itu beliau bingung bagaimana agar anak-anaknya makan, lauk yang singkat dan cepat adalah sambalado. Cabe kecil, bawang merah, bawang putih, garam, di giling cepat ala bu Ses. Setelah itu, kami langsung makan dengan nasi dan lauk yang ala kadarnya. Meskipun begitu, ala kadarnya, anak panti makanpun dengan lahap. Apalagi sahabatku yang satu itu, aku tak mau menyebut namanya, nanti Elduwano marah. Dia kalau makan, sangat lahap dan membuat kami selera makan, kasarnya, jika krikil di rebus kemudian dikasih ke Eldu, pastilah di makan, dan kamipun ikut memakannya. Intinya masakan beliau sangatlah enak, enak kali, cukup enak.

   Bu Ses itu orangnya baik sekali, baiknya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku aja nyusun kata-kata ini butuh waktu lama. Sangking susahnya nyusun kata-kata, intinya beliau sangat baik dan sayang kepada kami. Kalian juga akan merasakan jika menjadi murid beliau, dan kami sangat bertuah memiliki guru seperti beliau. Alhamdulillah ya Allah, berilah beliau umur yang panjang dan kesehatan.

   Setiap menjelang Lebaran Idul Fitri, beliau pasti sibuk menyambut anak-anaknya yang super banyak. Anak yang datang, makan, habis itu pulang. hahahaha yaa begitulah mereka. Bukan aku ya, mereka itu selain akulah pokoknya.

   Lebaran itu adalah waktu yang sangat padat untuk beliau menyambut anak-anaknya.  Dalam satu hari aja, beliau bisa didatangi santri lebih dari 50 orang. Dan mereka semua menganggap Beliau adalah orang tua yang sangat ditakzimi. Bahkan, jika ada yang mau datang dari angkatan lain, terkadang jawaban beliau "eh, jangan datang dulu, besok aja, sekarang angkatan 2009, nanti malam angkatan 2010." selalu begitu dan kami memakluminya.

  Tidak ada satupun yang datang kerumah beliau menagih hutang, hahaha. Semua yang datang pasti untuk melepaskan rindu dan melaporkan perkembangan belajarnya, karirnya, dan rencananya kepada Bu Ses, dan beliau akan menanggapi, memberikan nasehat, solusi, dan bahwak kritik yang membangun anak-anaknya. Itu adalah hal yang tidak asing lagi  bagi kami sebagai anak-anaknya. Semua santri ataupun alumni yang datang, pasti karena merindukan beliau. Rindu dengan ocehannya di kelas, suara beliau yang melengking tinggi setinggi menara monas. hkhkhkhk (hoaks itu, tapi memang iya, melengkingnya tinggi Masya Allah) 

   Aku pribadi, sangat menyayangi beliau. Amat sangat menyayangi  beliau. Setiap tahun sejak aku menjadi alumni, aku mewajibkan pada diriku sendiri untuk berkunjung kerumah beliau. Makan, minum, tidur, dan bercerita. Ah, indah sekali kasih sayang beliau pada kami. Aku dan teman-teman angkatanku sangat menyayangi beliau. Di setiap sujudku, aku selalu menyelipkan nama beliau dan bapak agar Allah menjaga mereka, memberikan kesehatan dan umur yang panjang.





   Foto diatas, kalau tak salah 1 tahun yang lalu, Lebaran 2017 kami sepakat untuk reuni anak Diamond angkatan 2014. Dan, tempat strategis untuk reuni adalah rumah beliau. Karena jika sudah masuk kerumah beliau, kita seakan-akan memasuki rumah sendir, suasana yang bersahabat, seolah-olah kita pulang kampung ke rumah yang lama kita tinggal dan rindu itu membuncah. Waktu itu sahabatku Mustafa Kamal akan menikah, dia dapat istri orang palembang, tapi bukan itu bahasan kita. Kami memahami, jika salah satu diantara kami yang akan menikah, itu artinya waktu yang dia punya selama ini untuk kami akan terpecah menjadi berkeping-keping karena ia akan memikirkan keluarga. Kamipiun berkumpul kerumah bu Ses becerita panjang. dan waktu itu, kami berkumpul setelah setahun lamanya tidak pernah bersua. Sahabatku Ridho Nasri dia mondok Tahfidz di Solo, Abriansyah dan Elduwano kuliah di UIN Walisongo Semarang, Al Qhodri di Raden Fatah palembang, Nurkholis di Sumatra Barat, Saidul Aksha di UIR Pekanbaru, Mustafa Kamal dan Karim Kurniawan Al Azhar Cairo. Dan kami bercerita melepaskan rindu penuh tawa dan keakraban yang tidak pudar. Dan pastinya Bu Ses yang selalu menjadi "hakim" diantara kami. Perdebatan yang kami lakukan selalu beliau menjadi penengahnya.

   Kawan, kalian tahu ,,,, setiap kali kami datang ke rumah bu Ses, tak pernah habis bahan pembicaraan kami. Selalu aja ada yang kami bicarakan hingga waktu terasa cepat berputar, selain itu juga karena persahabatan diantara kami tidak lekang oleh waktu dan tempat. Bahkan sahabatku Rizki Mubarok jika kuajak kerumah bu Ses, dia tidak mau. Bukan karena tidak suka, tetapi karena begitu magnet rindu dari Bu ses dan bapak dan juga rumahnya yang membuat kami tidak bisa datang hanya sekejap saja. Rzki pernah bilang  "ah, tak mau aku ke rumah bu Ses, kalau kesana tak habis-habis bercerita, nggak bisa sebentar kesana" jawabnya

  Bayangkan, bagaimana sayang beliau kepada kami tidak terbatas dan dan bertepi. Nah yang sangat mengagumkan beliau, jiwa guru yang sangat menakjubkan bagiku, kedekatan dan kekeluargaan beliau kepada santri-santrinya sama rata ukuran kasih sayangnya. Semua alumni angkatan tahun baholakpun hingga sekarang, dekat dengan beliau itu sama dekatnya, sama sayangnya, sama akrabnya, dan sama semuanya. 


   Foto ini ketika kami datang mengabarkan bahwa Mustafa Kamal sahabat kami akan menikah. Dan beliau mengatakan dengan feeling guru yg berhati ikhlas "Subhanallah, ibu kaget dan senang mendengar Mustafa menikah, dan kalau ibu lihat, memang sudah cocok dia menikah" dan Kamal adalah laki-laki Diamond pertama yang menikah. Kemudian beliau nyeletuk, "Setelah ini, yang menikah ibu tebak Shiddiq, ibu lihat yang nampak lebih dewasa adalah shiddiq" ucap beliau sambil nyuci piring (aku ingat sekali, karena beliau adalah guru kesayanganku)

     Aku tak menggubris terlalu serius perkataan beliau, karena aku sudah merencanakan nikah masih lama lagi. Ternyata rencanaku kalah dengan perkataan Guruku yang kucintai ini. Tebakan beliau benar, setelah Mustafa Menikah, Muhammad Andre sahabat kami menyusul, dan setelah itu barulah aku menikah. Dan yang lebih membuatku terharu bahagia adalah. Sosok beliau, rumah beliau, dan kasih sayang beliau tidak bisa dikesampingkan dari perannya atas pernikahan kami. Lihatlah foto di bawah ini, fotoku dengan beliau saat menikah. Dan kalian tahu, beliau adalah "penyebabnya" atas pernikahan kami.



Foto kami bersama beliau
   Tepat 14 September 2018 aku menjadi seorang suami dari salah satu teman angkatanku di sekolah, Pondok Al Jauhar lebih tepatnya. Aku menikah dengan cerita yang sangat unik dan menarik, dan cukup menginspirasi banyak pemudalah, hehehe. Tapi aku akan menceritakan pada kalian yang memiliki kolerasi dengan beliau.

   Ketika lebaran idul fitri kemaren, saat itu aku berkunjung kerumah beliau dengan beberapa sahabatku. Datang ke sana untuk memberi kabar bahwa kami baik-baik saja dan memastikan bahwa beliau sehat-sehat saja. Kami berkumpul bercerita pengalaman kami masing-masing selama liburan dan beliau juga bercerita tentang perjalanannya ke Sumatera Barat bersama bapak. Asyik dan renyah pembicaraan kami ketika itu. 

   Aku sendiri menginap di Al Jauhar untuk berlibur bersama sahabat-sahabatku. Nah, suatu waktu, beliau mengajak kami kerumah salah satu sahabat Diamond, Betri Yundari namanya. Dia memiliki kebun cabai yang banyak dan ibu Ses ingin sekali datang melihat kebun tersebut. Beliaupun mengajak kami, aku, Agung Subekti, Elduwano, dan Betri sendiri. Kami makan di rumahnya, minum es kelapa yang kami ambil langsung dari pohon belakang rumah Betri. Setelah itu, kami langsung meluncur ke Kebun dan mengambil cabai masing-masing. Beliau sangat senang dan bahagia melihat ribuan pohon cabai yang sudah siap panen terbentang luas.

    Setelah usai mengambil cabai, kamipun pulang. Nah, ketika hendak pulang, beliau ditelvon oleh 4 Santri Alumni senior kami yang ingin kerumah beliau. Mereka mengabarkan bahwa ada Durian untuk ibu dan bapak yang sudah diletakkan di depan pintu. Kamipun langsung bergegas pulang. Kalian bayangkan kawan, saat Bu Ses jalan dengan kami anak-anaknya, ia pun didatangi anak-anaknya yang lain yang ingin berkunjung kerumah beliau. Begitu banyaknya santri yang sayang pada beliau, bagaimana kami tidak bangga dan bahagia memiliki guru yang istimewa seperti beliau.

  Setelah beberapa  bulan berlalu, tepatnya 3 bulan setelah kami berkumpul di rumah beliau. Akupun mengabarkan Beliau bahwa kami akan menikah, dan calon istriku adalah perempuan yang mengajaknya ke kebun cabai milik orang tuanya. Bu Ses sangat terkejut haru dan bahagia, begitu senangnya beliau bahwa kami bertemu menjadi salah satu pasangan yang halal hanya hitungan hari saja. Dan aku tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan istriku sebelumnya. Bahkan ketika kami di rumah Bu Ses, kami tidak memperlihatkan tanda-tanda ikatan yang serius karena memang tidak ada. Ibu dan bapak sangat terkejut bahagia. Alhamdulillah, Bu Ses dan bapak sangat merestui pernikahan kami dan mendoakan kami agar menjadi keluarga yang Allah ridhoi. 

   Mereka tidak menyangka, bahwa dua anaknya akan menikah tanpa hubungan spesial sebelumnya. Dan ini adalah salah satu karuni dari doa guru dan keikhlasannya. 

   Pikir hematku, jika beliau tidak mengajak kami untuk bermain ke kebun cabai milik istriku, tidak mungkin cerita panjang ini aku mulai. Ya meskipun semua sudah Allah atur puluhan ribu tahun yang lalu dan tertulis bahwa kami akan menikah. Namun, ada Beliau di kisah kami inilah yang membuatku bahagia dan meyakinkan kalian semua bahwa peran guru pada kita tidak bisa dipisahkan dan diremehkan. Aku sangat bahagia bersama istriku, dan istrikupun bahagia dengan pernikahan kami. Terima kasih bu, Pak, kalian adalah orang tua kami.


beberapa jam sebelum ijab kabul dilaksanakan

    Nah, foto diatas, beliau datang bersama Agung dan Nuraini setelah Jumat karena ingin menyaksikan pernikahan kami. Beliau langsung aku hampiri sebelum Ijab Kabul dan menceritakan bahwa kami akan menikah. Beliau sangat bahagia, yah kalian bisa lihat sendirilah di foto tersebut betapa raut wajah guru kami itu sangat ceria dan menyimpan sejuta doa untuk kami yang akan menikah ketika itu. Beliau bilang "pokoknya, ibu harus datang dan jadi saksi pernikahan Shiddiq dan Betri, karena ibu menyaksikan bagaimana mereka 3 bulan yang lalu di rumah ibu tanpa tanda-tanda, dan tiba-tiba memberikan kabar yang sangat menghebohkan jagat alumni".

   Jadi, beliau datang hanya ingin menyaksikan ijab kabul. Dan ketika itu, beliau benar-benar sangat antusias. Para Guru kami yang lain belum sempat hadir karena ada kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, dan beliau meninggalkan kesibukan demi pernikahan kami anaknya. Dan itu adalah kado terbaik untuk kami, aku pribadi tidak akan pernah melupakan cara beliau menyambut hari bahagia kami saat itu. Dan akan kuingat sepanjang nafasku berhembus, akan kuselipkan setiap doaku untuk kebaikan beliau. Terima kasih bu, terima kasih yang tiada terhingga untuk semua pendidikan yang engkau perlihatkan padaku.


Beliau duduk di paling depan untuk melihatku ijab kabul

    Ini foto beliau di dalam rumah detik-detik ijab kabul akan dimulai. Aku saksikan dengan mata kepalaku, beliau datang masuk di hadapanku duduk dengan tenang penuh antusias untuk menyaksikanku mengucapkan ijab kabul tanda bahwa aku akan menjadi suami dari Betri Yundari. 

   Begitulah singkat ceritanya. Banyak sekali yang ingin aku sampaikan, tapi tidak bisa diwakilkan melalui blog sederhana ini. Aku telah berjanji akan menuliskan satu buku tentang beliau, dan ini adalah janji yang harus aku penuhi suatu saat nanti. 

Dan ini, surat untuk Bu Sesnawati guruku terkasih ;

Assalamualaikum, wr, wb

Shiddiq minta maaf bu, karena sangat terlambat mengucapkan selamat ulang tahun ke ibu. Padahal teman-teman alumni semua sudah mengucapkan langsung ke ibu melalui pesan singkat. Shiddiq sudah menyiapkan tulisan ini sejak ibu akan ulang tahun, tetapi kegiatan shiddiq yang tidak bisa ditunda dan mengganggu kesempatan untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi bu, sejak ibu ulang tahun, hingga detik ini shiddiq menulis, doa shiddiq untuk ibu dan bapak di setiap sujud shiddiq sholat tidak lupa. Selalu shiddiq doakan ibu dan bapak agar senantiasa diberikan kesehatan dan umur yang panjang.

    Shiddiq juga minta maaf, tidak bisa memberikan kado untuk ibu. Tetapi, tidak mengurangi rasa cinta shiddiq untuk ibu dan bapak sedikitpun.

   Semoga bertambahnya usia ibu, bertambah karunia dan berkah Allah untuk ibu dan bapak. Dan semoga tetap menjadi guru shiddiq dan teman-teman lainnya. Kami sangat menyayangi ibu dan bapak kapanpun dan dimanapun. Tak ada tempat terbaik yang kami punya untuk berkumpul selain pondok kecuali rumah ibu, tempat kami makan, bercerita, minta minum, titip motor, habis itu main futsal, kalau hujan singganya di rumah ibu. Setiap apapun moment perkumpulan marhalah, rumah ibu adalah central untuk kami semua. dan itu adalah kebahagian untuk kami.

  Doakan shiddiq dan istri, agar kami bisa menjadi keluarga yang Allah ridhoi. Dan terus nasehati keluarga kami yang masih seumur jagung, karena nasehat ibu dan bapak tidak akan pernah kami lupakan. Kami berterima kasih untuk semuanya yang ibu dan bapak berikan.

   Salam kami, Muridmu yang haus ilmu dan nasehatmu.

Muhammad Shiddiq.....

Ibu tetap Guru Hebat untuk kami, kini dan nanti