Hari itu adalah hari yang paling membahagiakan bagiku, betapa tidak, engkau telah membantuku untuk menyempurnakan separuh agamaku, dan engkau juga telah membantuku untuk beribadah mengikuti sunnah Rasulku, dan aku akan menjadikanmu bidadariku di Dunia. Engkau tahu, bagaimana para permaisuri di perlakukan oleh raja, akupun akan memperlakukanmu melebihi itu. Terima kasih istriku, karena telah menjadi bagian dari perjalanan hidupku.
Tepat hari itu, aku telah menjadi penantian panjangmu. Meskipun namaku tak pernah engkau sebut di penghujung doamu, tapi aku meyakini bahwa Allah telah menjadikan nama kita tertulis di Lauhil Mafudz-Nya, dan itu tak akan mampu di bantahkan oleh siapapun makhluk di dunia ini. Aku mencintaimu sepenuh hatiku, karena memang begitulah Tuhanku memerintahkanku untuk menjaga amanah, dan engkau adalah tulah rusukku yang akan kubawa, ku jaga, ku lindungi, dan nyaman bersamaku.
Hadirmu memberikan harapan kebahagiaan pada setiap langkahku, aku tak akan pernah menyia-nyiakan anugerah ini. Kekasihku, ketahuilah, setelah akadku pada ayahmu, saat itu juga cintaku padamu tak berujung, tak bertepi, dan tak terbatas.
Saat ini jarak memisahkan kita, namun hatiku tetap terpatri indah namamu di dalamnya. Aku mengobati rindu ini dengan doa, agar Rabbku memberiku cinta. Karena merindukanmu adalah ibadah, mencintaimu adalah ibadah, menanti kehadiranmu adalah ibadah, bahkan membuatmu rindupun adalah ibadah. Aku akan tetap tegar dengan apa yang telah kita jalani, bahkan aku akan menjadi orang yang paling sabar menantimu, walaupun keindahan wajahmu membuatku rapuh, keindahan akhlakmu membuatku syahdu, aku sangat mencintaimu wahai kekasihku.
Saat pertama kali tanganku engkau kecup, seperti kekuatan cinta merasuk tubuhku menghujam. Saat doaku untukmu ketadahkan tangan di kening indahmu, haru bahagia menghancurkan sedihku seketika tanpa sisa.
Malam-malam aku lalui dengan cinta, waktu berjalan namun rinduku padamu tak berlalu. Sujudku kusebut namamu, doaku ada dirimu, dan bahagiaku saat ini karena senyummu.
Kekasihku, tak ingin aku melihat air matamu jatuh berlinang, karena itu membuat diriku bersalah tak ada ampunan. Syhadu rindu ini akan menjadi nada-nada indah yang menenangkan, jika bahagiamu karena diriku. Sayangku, percayalah, aku mencintaimu tanpa syarat, aku merindukanmu sepanjang benderang dan gelap. Aku menunggumu penuh harap, dan saat ini aku adukan pada Dzat yang Melihat.

0 Komentar