Pernikahan itu adalah pertemuan dua insan, pertemuan dua keluarga yang akan menjadi satu. Kedua orang tuaku akan menjadi orang tuanya, dan orang tuanya akan menjadi orang tuaku. Keluargaku akan kuperkenalkan padanya dan dia akan mengenalkan semua keluarganya padaku. Sehingga menyambung silaturahmu antar umat islam yang diikat oleh pernikahan. Itulah mengapa kita menikah harus mempersiapkan segalanya, siap untuk mengenalkan keluarga kita, kondisi ekonomi, kultur dan budaya kita padanya dan diapun demikian. Rasulullah menganjurkan kita untuk sekufu`, atau setara. Apapun itu, baik dari pendidikan, ekonomi, kultur, budaya dan suku. Jika semuanya itu mencakup dan terpenuhi, maka in shaa Allah akan mudah menjalani bahtera rumah tangga. Meskipun banyak pernikahan dua insan yang berbeda pendidikan, suku, budaya, bahkan Negara, namun aku berbicara tentang pengalamanku menikah.
Ayah dan ibuku menganjurkan kepadaku untuk menikah dengan yang satu suku, jika pun tidak satu suku, minimal ia bisa menerima keadaanku, bukan hanya keadaanku saja, keadaan ekonomi keluargaku, kultur keluarga, dan budaya keluarga. Namun, orang tuaku tidak menekankan itu. Hanya saja, jika bisa yang satu suku mengapa dengan yang lain. Aku tidak berbicara rasis, namun orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Mereka lebih dahulu merasakan asam garam kehidupan ini.
Keluarga Istriku |
Akupun mengikuti apa yang orang tuaku sampaikan, namun agama adalah pertimbangan yang utama bagiku. Aku benar-benar menanamkan dalam dirku untuk mencari calon istri yang santri, ia pernah mondok dan alumni.
Akhirnya, jatuhlah pilihanku padanya, Betri Yundari, wanita yang menempuh pendidikan di Pondok Modern Al Jauhar selama 6 tahun, mengajar di sana 2 tahun setengah dan setelah itu mengajar di lembaga pendidikan Islam. Setelah aspek agama aku dapatkan darinya, dan diatas semua itu aku telah meminta petunjuk dari Allah sebagaimana yang telah aku jelaskan di tulisanku yang sebelumnya. Kita jika menggantungkan harapan pada manusia, maka akan terluka karena kecewa. Namun jika bergantung pada Allah dzat yang Maha Kuasa, maka Allah akan berikan yang terbaik untuk kita, bahka hadiah yang sangat membahagiakan.
keluargaku yang datang sebelum akad pernikahan di mulai |
Alhamdulillah, setelah aku menikah dengannya atas petunjuk Allah dan pertimbangan agama sebagaimana yang Rasulullah sampaikan dalam Hadistnya. Aku mendapatkan banyak hal yang membuatku semakin yakin dan mantap untuk menajalani hidup ini. Banyak yang aku temukan yang membuatku lebih mudah menemukan ritme kehidupan berumah tangga bersamanya.
Ia adalah wanita yang berasal dari suku yang sama denganku, kemudahan yang aku dapatkan kedua orang tuanya tidak perlu mengenalkan kultur dan kebiasaannya padaku karena aku sudah tumbuh besar dengan itu. Dengan mudah aku bisa berbaur dan mendapatkan kenyamanan di rumah. Bahasa tidak asing lagi bagiku jika mereka menggunakan bahasa suku. Makanan, makanan adalah salah satu faktor yang membuat kita betah tidak bisa di pungkiri itu. Dan masakan orang tuanya sama persis dengan masakan orang tuaku, karena kami memiliki cita rasa dari suku yang sama. Kemudian, rumah orang tuanya selalu ramai dengan anak-anak belajar mengaji, dan ini tentu tidak membuatku asing karena aku besar dengannya. Akhirnya, dalam jangka waktu yang singkat hanya beberapa hari saja tinggal bersama istri dan orang tuanya, aku bisa berkomunikasi dan berbaur dengan baik. Aku seperti tinggal di rumahku sendiri dan bersama orang tuaku sendiri.
Penghulu Desa kami ikut hadir |
Begitupun dia, ketika aku membawanya ke tempat tinggalku. Ia tinggal bersama orang tuaku, masak, berkomunikasi, bermasyarakat, dan berkunjung kerumah sanak keluargaku. Ia mengucapkan syukuru dan berterima kasih kepadaku karena telah memilihnya menjadi istriku. Ia merasakan seperti berada di keluarganya sendiri, karena ayah dan ibuku sangat sayang padanya, ia pun sayang pada orang tuaku. Membersihkan rumah, masak makanan, dan beraktivitas layaknya anak yang sudah tinggal lama, padahal dia adalah wanita baru yang kunikahi 5 hari yang lalu.
Saat aku berkunjung kerumah paman dan bibiku, tetangga dan teman lamaku, ia tidak canggung dan kaku. Karena kultur dan budaya yang sama ia rasakan saat tumbuh dulu. Sepanjang perjalanan pulang kerumahnya ia mengucapkan syukur pada Allah karena telah memberikan jodoh yang ia inginkan, dan itu yang membuatku bahagia. Allah benar-benar memperhatikan dan mengurus hamba-Nya, terkadang kita saja sebagai hamba yang tidak percaya sepenuhnya pada Sang Pencipta.
Ternyata ini adalah hasil jika kita bergantung pada Sang Pencipta. Kita akan menemukan kejutan-kejutan yang membuat kita bahagia setelahnya. Percayalah, Allah telah menciptakan kita berpasang-pasangan dan jodoh kita sudah ditetapkan. Tidak perlu berpacaran untuk mencari tahu siapa jodoh kita, agar kita bisa bersiap-siap. Tidak perlu, !
Dan untuk kalian yang sudah berpacaran, maka akhirilah itu semua. Berat? Memang sesuatu yang melalaikan sangat berat untuk ditinggalkan, karena syaitan tidak akan rela melihat manusia berada di jalan yang benar yang Allah tentukan. Teruslah meminta pertolongan kepada Allah, maka kalian akan mendapatkan jalan keluar. Percayalah, Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya menderita, pasti Allah sudah menyiapkan waktu yang tepat untuk membuat kita bahagia. Namun kapan? Itu bukan urusan kita, tugas kita hanyalah berusaha untuk menjadi hamba yang bertaqwa.
Kalian akan bertanya-tanya, apakah aku telah mencintainya sebelum menikah?
Aku jawab dengan tegas, dan kami jawab dengan tegas, kami sama sekali tidak saling mencintai sebelum menikah. Yang kami lakukan selama 14 hari adalah persiapan pernikahan mengenai waktu dan syarat administrasi. Tidak ada cinta antara kami, aku katakana sekali lagi, kami tidak saling mencintai. Lantas apakah bisa mencintai satu sama lain setelah menikah?
Akan kujawab di tulisanku berikutnya………
Dokumentasi bergambar :
keluargaku yang menjadi saksi hari kebahagiaanku |
Bersama Orang Tuaku |
Bersama Orang tuanya |
Kami telah menjadi keluarga besar yang bahagia in Shaa Allah |
Bersama Orang Tua angkatku, semoga Allah menjaga mereka |
sebelah kiriku adalah wawak yang kami tidak berjumpa sejak 2005, ia datang untuk melihat hari pernikahanku |
Rina, sebelah kiriku anak wak Ana yang terakhir aku melihatnya ketika ia masih belajar jalan. kini ia datang sudah menikah, semoga kalian bahagia |
Sahabat Kecilku yang telah menikah 3 bulan lalu |
Nuraini, Agung Subekti, Bu Sesnawati, dan Wana Sanjaya terima kasih kalian sudah hadir |
Guru kami tercinta, orang tuaku, dan beliau menjadi saksi kebahagian kami |
keluarga istriku |
kakak Istriku, beliaulahh yang membuat baju pernikahan kami ZAFA TAYLOR. Terima kasih kak, bang. |
0 Komentar