Kemarin itu adalah salah satu moment yang paling membahagiakan bagi kami. Bertemu sahabat-sahabat terbaik yang sulit tergantikan di manapun dan kapanpun. Tidak terasa oleh kami bahwa sudah 4 tahun kami menjadi Alumni, Juni 2014 lebih tepatnya saat kebersamaan yang jumlah kami lengkap dan itu adalah yang terakhir. Sangat sulit dan nyaris mustahil di lain waktu kami bisa berkumpul dengan jumlah yang sama, apalagi di tempat yang sama. Diamond Generation tidak tergantikan.
Baiklah, aku tidak akan menceritakan kisah bagaimana kami berpisah, yang akan aku kisahkan kepada kalian betapa bahagianya kami saat berjumpa, meskipun tidak jumlah yang sama, 53 Diamond.
| Muhammad Rahim dan Muhammad Ridho Nasri |
Kami jika berkumpul, titik awal yang kami tuju adalah rumah guru tercinta kami, Bu Sesnawati, Ah, beliau adalah. guru terkece kami, setiap kami datang ke rumah selalu cerita demi cerita mengalir tanpa terasa dan inilah yang membuat kami rindu. Selalu dinilai satu persatu perubahan yang telah kami alami, kemudian mengaitkan dengan masa lalu yang waktu itu kami sangat lugu dan lucu, eh tapi sekarang kami masih lucu juga hehehe. Karena setiap kami bertemu, tidak pernah tawa itu hilang, selalu tertawa dan apapun yang kami bahas selalu menimbulkan tawa lepas, Ah, persahabatan kami sangat indah kawan.
| M Riko, bukan Muhammad Riko, begitu langkahnya pertemuan kami setiap moment selalu kami abadaikan, dan salah satunya di perlihatkan oleh M Riko |
M Riko, Mahasiswa UIN jurusan Filsafat yang menempuh perjalanan 119,3 KM dengan durasi waktu 2 jam 46 menit itu waktu dan jarak yang aku temukan di google. Manalah mungkin aku tahu secara rinci, tapi bukan itu bahasannya. kembali ke M Riko sahabat satu ini harus menempuh jauhnya perjalanan "hanya" untuk bertemu dengan kami. Dan, ketika kami berjumpa yang pertama kali kami lakukan adalah tertawa, tertawa melihat wajahnya M Riko yang tak berubah sejak orde baru sampai zaman modern, itulah M Riko. Jika kalian pernah mengenal anak bungsu ini, kemudian lama tak bertemu, hingga akhirnya suatu waktu kalian bertemu, pastilah kalian tertawa. lucu, tidak juga, memang kami mau tertawa saja. Dia adalah sahabat kami yang paling setia, setia menjemput siapapun anak Diamond yang pulang, dia akan senantiasa stay di Bandara Sultan Syarif Kasim. Padahal jauh antara kost tempat dia tinggal dengan Bandara, tapi untuk Sahabatnya, apapun dia lakukan. Aku salut dengan kawan satu ini, dia benar-benar tanggap. Aku adalah saksi hidupnya, waktu itu kukabari dia untuk menjemputku di bandara jam 11.00, karena itu waktu landing pesawat yang aku tumpangi. Eh, dia sudah di bandara sejak jam 09.00 wib, kalian bayangkan betapa setianya dia. Nah, setelah aku ceritakan kepada teman-teman, ternyata bukan aku orang yang pertama yang dia perlakukan seistimewa itu, yang lain juga demikian. Dia tidak ingin kami kekeringan menunggu di Bandara, itulah yang membuatku angkat topi untuk M Riko, ingat ya kawan, panggil dia M Riko, bukan Muhammad Riko.
Syahriyal si Aktep yang tak juga berubah, hanya nasibnya saja yang berubah. Eh, kalian harus mengucapkan selamat kepada anak aktep satu ini. Dia adalah ahli kaligrafi Diamond yang saat ini memiliki proyek menulis Kaligrafi sebanyak 30 juz dikertas seperti kertas karton namun kertas ini di beli di luar negeri. Ini informasi yang aku dapatkan darinya, benarnya pasti, tapi kesalahan yang pasti adalah nama kertasnya apa itu dia tidak tahu. Dia aktep, tapi bukan untuk kaligrafi, dia aktep untuk pelajaran Grammar yang gurunya adalah Majelis pimpinan. Kalian ingin tahu asal mula kata aktep tersemat ke dalam dirinya? tanya ke anak diamond, semua tahu dan pasti tahu, tidak mungkin tidak tahu. oh iya, kita kenapa bahas aktep nya, aku ingin memfokuskan perjalanan dia. Syahriyal jauh dari Jakarta pusat terbang naik Lion Air keberangkatan pukul 06.05 untuk bisa bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Jauh dari Jakarta ke Duri hanya untuk minum teh dingin yang nggak seberapa rasanya, tapi bukan teh dinginnya yang jadi masalah, tetapi minum bersama siapa itu yang perlu di garis bawahi. Minum dan berkumpul dengan sahabat yang 6 tahun bersama berjuang di Pondok Al Jauhar adalah sesuatu yang istimewa. Jakarta ke Duri bukan dekat kawan, jauh sekali. Agar kalian tahu betapa berharga persahabatan bagi kami. Istimewa kawan, kalian tidak akan memahami itu.
| Syahriyal dan Nurkholis ahli kaligrafi dan Qori` kami |
Elduwano, sahabatku satu ini adalah ahlinya tentang sahabat. Tak usah bertanya seberapa penting Diamond di hatinya tak bisa kalian dengarkan jabarannya hanya dengan satu hari, tidak cukup!. Elduwano jauh dari Semarang Jawa tengah terbang untuk ke Pekanbaru terus lanjut ke Duri bukanlah jarak yang pendek, namun sekali lagi aku tekankan kepada kalian, untuk persahabatan tidak ada yang di hitung. Ia datang menggunakan batik Diamond, ini ada alasan tersendiri mengapa ia mengenakan baju itu. Ah, kalian tidak akan tahu uniknya baju itu. Ia mengenakan baju batik itu agar rasa rindu yang sudah lama terpendam hingga tertimbun keluar dan terlampiaskan dihadapan para sahabat-sahabatnya. Ah, satu ini adalah pelatih kami boi, pertama kali kalimat yang ia ucapkan adalah "besok kita main futsal ya boi" inilah kata yang ada dalam kamusnya. Bermain futsal adalah pelampiasan rindu yang khas bagi kami anak pondok. Elduwano ini ahli petir, biar kuceritakan kepada kalian mengapa aku katakan ahli petir. Alkisah 4 tahun yang lalu ia bermain komputer di lab tempat santri belajar. Dan ketika itu sedang hujan dan cuaca tidak bersahabat, namun ia tetap santai bermain komputer, akupun tak tahu apa yang dia buka mungkin ia sedang berguru bagaimana menguasai elemen langit. Saat asyik-asyiknya bermain komputer tiba-tiba DDUAAAARRRRRR suara petir menggelegar memekakan telinga. Kalian tahu apa yang terjadi setelah itu, Mati, yah mati 12 komputer tapi dia tidak mati. Itu yang membuatku heran hingga kini, kenapa dia tak mati. Ternyata memang dia adalah pawang petir, sejak saat itu tak berani lagi petir menunjukkan suara besarnya di langit Al Jauhar. Kalian tahu, untuk menjadi ahli petir cukup bayar 3.500.000 saja, maka kalian akan menjadi ahli petir. Kisah selesai...!(Sorry boi,. aku buka rahasiamu, karena aku yang punya blog ini, suka-suka akulah mau nulis apa, hkhkhkhk).
Beberapa pekan yang lalu, aku bermain ke Pondok sebelum kembali ke Batam. Banyak santri yang memanggilku, dan menegurku. Ini yang membuatku heran, mengapa mereka kenal padaku, padahal aku tak pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Untuk memenuhi rasa penasaranku, aku tanya mereka satu persatu, kenapa bisa mereka mengenalku. Jawabannya satu, "Ustadz Riduan dulu selalu cerita tentang antum, tentang Marhalah antum, tentang persahabatan antum". Aku terharu mendengarnya, angkat topi aku untuk sahabtku satu ini. Elduwano, ini adalah pelajaran nomor 32 tentang hidup, bahwa "sahabatmu adalah teman terbaik untuk mengarungi deru ombak kehidupan yang keras".
| dari kiri (Elduwano, Andre, Ridho, M RIko, Nurkholis, Ulil dan Syahiyal) |
Kalian tahu, susah berhenti tertawa jika bersama mereka. Bahagianya tiada terkira dan untuk menjelaskan satu persatu alasan kami tertawa juga tidak cukup di ceritakan hanya dengan satu malam.
Setiap kami memiliki alasan yang sama mengapa kami bahagia, dan itu adalah karena Diamond Generation.
Kalian lihat 3 foto di atas, Jefri Naldi, Ulil Muazam, M Riko. Aku yang mengabadikan moment ini. Selalu ingin aku mendengar percakapan mereka yang lucu, unik, dan bersahabat. Jefri ini adalah anak muda yang pendiam, tapi jangan heran kalau dia adalah premannya Diamond. Kepala yang paling banyak botak ya budak ini, dia salah satunya. Datang, salam, duduk, merokok, dan berbicara ngalur ngidul ntah kemana arah, yaaa hanya itulah yang mereka lakukan di meja itu.
Akbar, anak ini membuat kami jengkel. Datang tak ada kabar, tiba-tiba uda muncul saja. Datang mengendarai motor KLX, yang konon aku dengar dia rental, 1 hari 250 ribu kalau tidak keliru. Makanya ketika setelah selesai kami kumpul, esoknya ia bergegas untuk pulang karena sudah di telvon oleh pemilik motor. (HOAX)
Aku senang sekali Akbar ini datang, karena ada Nuger, anak kampung yang diselamatkan oleh pendidikan Al Jauhar. Jika mereka bertemu, tak ada lelucon yang paling lucu kecuali dari mereka. Selalu membuat kami tertawa, ya mereka, Nuger dan Akbar. Oh iya, untuk mengulang dan mengingat masa lalu. Akbar ini adalah anak manja sewaktu kami santri dulu. Karena setiap dua pekan sekali, selalu ada kiriman dari abang Along-along, nah dari sanalah lahir istilah Along, jadi akbar memiliki laqob Akbar Along.
Yang paling kami ingat adalah ketika itu, kami makan bersama. Seperti biasa, setiap mendapat kiriman dari ibunya,yang Akbar ambil hanya uang dan surat "cinta", selebihnya kami yang habisi. Nah, waktu itu ibunya membuat kripik dari keladi, kami makan bersama-sama, tak ada satupun anak Diamond yang punya mulut kecuali mereka memakannya. Masalah pun terjadi, kripik yang kami makan rasa sabun, awalnya agak ragu salah satu temanku yang merasakannya, tetapi setelah diselidiki semua kripik yang kami makan rasa sabun. Nah, Akbar telah meracuni kami, hahahaha. Oh tidak, itu ketidaksengajaan akbar. Yang meletakkan kripik bersebelahan dengan sabun cuci miliknya. Tapi, ya namanya persahabatan , laqob itu akan tetap terngiang-ngiang di kepala dan ingatan kam. Sampai saat ini, hingga esok hari tua nanti, setiap kali kami bertemu Akbar, pasti yang kami ingat adalah Kripik sabunnya. Padahal kejadian itu hanya sekali, sedangkan kami memakan kripik keladi dan bolu pisangnya sudah dua tahun lamanya. Dan itu hilang tak berjasa di mata kami, kecuali kripik sabun darinya.
Tapi tenang kawan, itu bukanlah hinaan, itu hanyalah pengenal dan identitas persahabatan yang melekat kepada kami. Hanya kami yang melakukan itu, tidak ada yang lain.
| Adoel dan Nurkholis (Qori` kami) |
Ini sahabat kami sang hafidz, Muhammad Ridho Nasri. Alhamdulila beliau sudah menyetorkan 30 juz Al Qur`an dan ini adalah kebanggaan kami tersendiri. Memilik sahabat yang menjadi Ahlul Qur`an, kami turut bahagia. Semoga beliau istiqomah dan menjadi Hafidz yang Mutqin.
Aku datang bersamanya, menggunakan mobil miliknya. Di perjalanan ia selalu mengucapkan rasa syukur yang tiada terkira kepada Allah, "Masya Allah Sul, ini nikmat yang tidak terkira. Kita bisa jalan-jalan pakai mobil sendiri, memang waktu cepat berputar ya sul". Aku mengiyakan apa yang ia sampaikan, karena mengingat kami dulu ketika santri, boro-boro mau bawa mobil sendiri. Untuk ke pondok sehabis liburan saja, kami harus naik mobil carry warna merah dan duduk berdesak-desakan karena banyaknya penumpang dan tidak ada lagi mobil di daerah kami yang mengarah ke Pekanbaru. Selebihnya mobil sewa ke arah Medan. Aku sangat ingat sekali kondisi itu, dan kini kami pergi berempat dengan mobil pribadi yang subhanallah, nikmat yang tiada terkira.
Berteman dengan penjual Parfum, kita akan terkena harumnya dan maksimal akan diberikan hadiah parfum itu sendiri. Begitulah yang aku rasakan saat ini, berteman dengan mereka yang senantiasa bersyukur dan mengajak untuk bersyukur membuatku malu untuk kufur nikmat. Selama di perjalanan, kami ngobrol sesuatu yang paling indah, membahas ketika masa-masa santri dulu, Jalan yang sudah berubah, dan kenangan yang tak terlupa, hingga mimpi-mimpi yang satu persatu terwujud menjadi nyata. Kawan,,, carilah sahabat untuk hidupmu, engkau akan temukan kebahagian yang tiada terkira setelah nikmat hidayah.
| M Riko, Rahim, Erick, Kholis bersama Bu Sesnawati |
Jika sudah di rumah beliau, waktu kami terasa sempit padahal yang sudah kami lewati berjam-jam. Ini karena serunya ngobrol dengan beliau, Buk Sesnawati guru kami tercinta. Kami anaknya menjadi pendengar setia cerita-cerita beliau yang tak tentu arah, namun asik. Yah, inilah yang kami lakukan berkali-kali setiap berkunjung kerumah beliau. Aku senantiasa berdoa kepada Allah agar ibu dan bapak diberikan kesehatan. Agar kami bisa terus makan di rumah beliau, menginap di rumah beliau, dan ngobrol bersama beliau. hehehe
inilah dulu woi yang kutulis, banyak kali rasaku dah.
bersambung.........
| Muhammad Andre ( Pengantin Baru), ia baru sampai dari Inhu, jauh-jauh ke Duri hanya untuk bertemu kami. salut...!!!! |
| Muhammad Rahim, Triska (lagi sakit waktu itu), Adoel |
| srikandi Diamond = Ulfa Dina, Nurul Anisa, Nurhalimah, Triska Wahyuni Orin Rasmara Arum, Sri Rahmawati, Betri Fauzi |
| Menunggu Azan di kolong langit senja |

0 Komentar