Sebenarnya sudah lama aku ingin menulis sesuatu untuk sahabatku, Muhammad Fauzan. Sudah lama sekali, sejak kami berkumpul di rumah buk Sesnawati guru kami. Ketika itu dia menelvonku via Whats App, ia memperlihatkan kepadaku bahwa ia sedang menunggu adiknya yang sakit terbaring lemas. Ia mengarahkan kameranya ke tubuh yang lemas itu, tak sadarkan diri, itulah yang aku ketahui. Fauzan memaksakan diri untuk tersenyum karena kami kumpul, aku sadar dan tahu sekali bahwa ia merindukan kami. Ia merindukan suasana berkumpul ala kami, yah kami Diamond Generation.
Karena ketika aku di Batam, kami ngobrol panjang lebar bahwa ia benar-benar merindukan suasana yang ceria, suasana yang pecah, gelak tawa bahagia kami waktu itu, ia sangat rindukan, akupun merindukan. Sambil memaksakan senyum kepadaku, ia ingin memperlihatkan bahwa ia sangat bahagia melihat kami berkumpul, tapi aku tahu ia sedih, aku tahu karena matanya berkaca-kaca. Ia sedih tak bisa bergabung dengan kami, ia sedih, di waktu yang sama, adiknya terbaring karena sakit.
lihat M Riko, dia trus berfoto. eh ingat ya, M RIko, bukan Muhammad Riko |
Suasana sore itu sangat indah kawan, sangat indah. Aku mengabadikan setiap detiknya moment itu. Aku mengambil foto di setiap sudut diam-diam. Kami berkumpul tidak semudah yang kalian bayangkan. Tidak hanya menentukan tanggal dan tempat, kemudian tiba masanya kami berkumpul, terlihatlah kami. Tidak, tidak semudah itu. Kami sudah berpisah sejak 2014 dan berjuang di tempat masing-masing, mengejar impian. Ini sangatlah sulit untuk kami, kami bercerita tentang apapun yang telah kami lewati di tempat kami masing-masing, membahas perbedaan yang terjadi pada diri kami, dan semua itu membuat kami tertawa lepas. Aku merasakan kali, sore itu adalah waktu yang paling berharga dan waktu paling indah bagi kami.
Nanti akan kuceritakan mengapa bisa aku katakan bahwa kumpul ini adalah sesuatu yang berat, yang masing-masing kami memiliki kisah sendiri untuk melewati kesulitan itu. Demi berkumpul, minum teh manis dingin satu gelas, kemudian bercerita bebas yang mengundang gelak tawa bahagia, itulah inti dari perkumpulan ini. Sayang, kami berkumpul tidak lengkap, namun demikian, itu sudah mewakili seluruhnya. Bahwa, sejauh apapun, dan selama apapun kami berpisah, hati kami tetap ada untuk Diamond Generation, dan itu kami letakkan di tempat yang istimewa. Persahabatan ini adalah sesuatu yang istimewa kawan, aku senang dan bangga bisa bersama mereka. Sore itu akulah yang paling bahagia.
Mereka bilang "kita harus foto bareng, ini moment langkah" dan aku membenarkan pernyataan itu. Mereka aku suruh baris dan aku yang mengabadikan moment itu. Aku senang bukan kepalang melihat kami bisa berkumpul. Kawan, engkau tak akan mengerti betapa berharganya persahabatan jika engkau tak memiliki sahabat. Dan jika engkau memiliki sahabat, engkaulah yang mengerti takaran kebahagian kami seperti apa, bahagia sekali bukan?.
Tunggu dulu, sepertinya yang aku tulis ini sudah melenceng jauh, aku kan menulis untuk Fauzan, kenapa aku bisa menceritakan tentang persahabatan. Bukan ini yang ingin aku bahas, kenapa kalian tak tegur aku, ah, kalian terlalu polos untuk mendengar ceritaku tentang sahabat-sahabatku. Baiklah, aku akan tuliskan tentang Fauzan.
di rumah buk Ses |
Nah, waktu ia menelvonku ia memperlihatkan adiknya yang sakit. Aku sangat terpukul, hatiku teriris sembiluh, perih. Di satu sisi aku bahagia karena bisa berkumpul dengan sahabat-sahabatku, di sisi lain sahabatku nun jauh di sana, di Ibu kota Bangsa ini merasakan sedih yang mendalam melihat adiknya terbaring di atas ranjang rumah sakit.
Singkat cerita, setelah ia titip salam untuk buk Ses dan teman-teman Diamond, aku menutup telvon. Dan waktu itu masih pukul 14.00 wib, aku lupa harinya, yang pasti itu bulan Ramadhan. Nantilah aku cari di Hpku, sekarang lagi malas aku mencarinya, aku mau menulis dulu. Kalian sabar aja.
Setelah kami makan dan kami berfoto bareng, aku bercerita tentang Fauzan dan apa yang tengah di alaminya. Aku menceritakan seluruhnya, berat memang, tapi aku harus menyampaikan di hadapan sahabat-sahabat Diamond. Aku mengajak mereka untuk berdoa, bahwa doa kita, doa orang yang berpuasa, doa orang yang berdoa untuk saudaranya tanpa di ketahui saudara yang di doakan, doa setelah sholat fardhu, adalah doa yang mustajab. Dan 3 doa itu ada pada kami, kami berpuasa, kami selesai sholat maghrib, dan kami berdoa fauzan tidak tahu. Nah, kami berdoa untuk fauzan, agar ia kuat menjalani ujian dari Allah ini, kami berdoa agar adiknya diberikan kesembuhan, kami berdoa agar Fauzan bisa melewati fase berat ini bagi hidupnya. Serentak sahabat-sahabatku mengatakan " Amiin".
![]() |
Fauzan bersama Almarhum |
Setelah kami kembali ke "markas" rumah guru kami tercinta, kami bermain futsal. Biasalah, anak pondok kalau sudah kumpul, yaaa ujung-ujungnya main kulit bundar. Itu adalah olahraga kami kawan, tak satupun dari kami kecuali senang futsal. Eitss bukan itu yang mau kubahas, bukan itu.
Nah, tak berapa lama setelah kami berdoa tadi. Kami mendapat kabar dari Fauzan, adiknya meninggal "Innalillahi wa inna ilaihi Rojiuun" sontak membuat group kami ramai akan doa. Semua sahabatku mendoakan adik Fauzan, agar Allah memberikan tempat terbaik untuknya. Karena kami berhusnu dzon, bahwa ini adalah bulan suci, bulan baik, dan siapapun yang meninggal kami berharap ia husnul khotimah. Kami semua sedih, akulah yang paling terpukul, karena aku yang telah mendengar kisah dari Fauzan atas apa yang telah di lewatinya dan adiknya. Aku sangat sedih, sepanjang malam aku memikirkan sahabatku ini, aku bisa membayangkan seandainya aku berada di posisinya, berat, berat sekali untuk dibayangkan. Fauzan, sabarlah, hanya ini yang bisa aku ucapkan. Sabar Zan, mungkin engkau lupa kata ini, di saat seperti ini, engkau kehilangan kosakata sabar, akulah sahabatmu yang mengingatkan itu. Sabar Zan, engkau kuat, aku yakin itu.
Aku ingin ceritakan perjalanan terakhir kisah adikmu Zan, dari awal sebelum di penjara, terus di penjara, trus masuk rumah sakit, dan meninggal, tapi aku tunggu izinmu, kau izinkan, aku tulis. Kalau aku tulis tanpa izinmu, Moh, maulah aku sial trus kena kutuk Anak IKHD. hkhkhk
6 Tahun engkau di pondok, 4 tahun kita bersama dan aku paham sekali tentang dirimu, engkau kuat. Banyak hal yang sulit bagi orang untuk dilewati, tidak untuk dirimu. Karena kau sudah terbiasa untuk melewati halang rintang yang sulit dalam hidup ini. Aku banyak belajar darimu kawan, kau adalah pribadi yang mandiri dan aku belum bisa semandiri dirimu. 6 tahun berpisah dengan keluarga, pergi ke tempat yang jauh untuk belajar, bukanlah hal yang mudah. Engkau berpisah dengan adikmu, dan bertemu setelah 7 tahun lamanya kurang lebih, dan disaat engkau bertemu dengannya, Allah hanya memberimu waktu yang singkat. Bersabarlah Zan, engkau kuat.
Kita bisa merasakan bagaimana kehilangan orang yang kita sayangi, terlebih lagi sudah lama sekali tidak berjumpa dengannya. Ingin sekali aku datang ke tempatmu, untuk menjadi pendengar yang setia atas ceritamu, atas apa yang sudah engkau lalui. Berat, aku yakin itu kawan, berat. Bersabarlah, engkau kuat.
Banyak hal yang aku pelajari dari pribadimu, dari kisahmu, dan perjalananmu, aku banyak mengambil pelajaran kawan!. Kau sahabatku yang kuat, dan aku tak sepertimu. Berjuanglah Zan, engkau kuat. Ini bukan akhir dari perjalananmu, aku ingin suatu saat kita berkumpul dan waktu yang tepat dan di saat yang tepat, untuk saling bercerita kisah kita yang hebat.
1 Komentar
Makasih banyak dik , sejauh mana pun ana melangkah di permukaan bumi ini ana gak bakal nemu sahabat yg seperti kalian diamond , terima kasih atas dukungannya terima kasih atas semua doa doanya , berkat dari doa doa kalian semua ana bisa kuat buat jalanin hidup , i miss you all ma best friends
BalasHapus