Ingin mengingat kembali hal-hal menarik yang pernah aku lewati. Kali ini aku ingin memperlihatkan keindahan dan keunikan pernikahan sahabatku Mustafa Kamal, Lc. Pernikahan yang dilaksanakan di Palembang bulan Syawal adalah salah satu moment terbaik bagi kami sahabat Diamond Alumni PM Al Jauhar 2014. Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, itu saja pesan moralnya. Pahamilah!

Berikut dokument pernikahan sahabat kami ;

Detik-detik akad nikah


Mustafa dengan ibu, ayah dan senior dari Al Jauhar, Kantana

tamu tak di undang, hehehe
4 tamu nggak penting, tapi hadir. di Undangpun tidak

si kawan, ngaku jadi besan kayaknya itu
Anak Panti! itu kata tukang ojek di tempat kami

Ijab kabul di mulai
    Perlu kalian ketahui, bahwa proses ijab kabul yang dilakukan Mustafa Kamal dengan bahasa Arab. wah, hebat ya pakai bahasa arab. Iya sih, menurut kebanyakan orang awam terlihat mewah, padahal Mustafa itu memilih bahasa arab bukan agar terlihat mewah, tetapi agar mudah, hehehehe. Kok bisa di bilang mudah, ya iyalah Ayah mempelai wanita berbicara dengan banyak kalimat. Eh, si Mustafa hanya 5 kata. Bayangkan, hanya 5 kata bahasa arab yang perlu disebutkan untuk menjadi suami si mempelai wanita. Mudahkan,,,,,, aku saja ingin pakai bahasa arab. hehehehe

pembacaan apa namanya ya, lupa...hihihi





"Saya berjanji, tidak akan mengulangi pernikahan dengan wanita lain lagi" kira-kira begitulah yang diucapkan, hahahaha.


penyerahan sertifikat tanah,, hehehe nggak deng,,,

    Lihat wajah Mustafa!, padahal uda resmi menjadi pasangan yang sah, wajahnya tidak seperti raut istrinya yang melemparkan senyum. Sepertinya kakinya di pijak sama sandal istrinya yang menggunakan hak tinggi, jadi menahan rasa sakit. hehehe



   Ada cerita lucu, aku ingin membukanya sekarang. Saat proses ijab kabul, ada temanku yang tidak boleh aku sebutkan namanya nanti dia malu. Selama proses ijab kabul, ia berdiri untuk merekam. Dari awal hingga akhir acara. Yah, kira-kira 1 jam 35 menit acara itu. Ia berdiri merekam dengan handphone miliknya. Mencari posisi-posisi kesana kemari agar bisa mendapatkan hasil yang baik. Nah, setelah selesai acara, dia baru sadar bahwa tombol "mulai merekam" di handphonenya belum ditekan. Lucukan,? tertawalah dulu.... sudah?
Akhirnya berdiri selama berjam-jam dan sok sibuk, menjadi sia-sia. Orangnya ada, dekat di sekitar gambar diatas. Inisialnya E, Eldu panggilannya, nama lengkapnya Elduwano. Tapi tak perlu aku sebutkan, nanti malu dia, cukup aku tuliskan saja disini. hkhkhkhk



Sungkem, kalau kami bilang namanya sungkeman

wassssikkkkk, ada lambang lope-lopenya



ada yang tahu mereka sedang apa?
 
   Hah, untuk foto ini, aku ingin bercerita. Karena ini Blogku sendiri jadi terserah aku ingin menulis apa. Kali ini aku ingin mengeluarkan unek-unekku pribadi. Mustafa tidak tahu dianya, betapa menderitanya kami berdiri lama di samping panggung. Ini foto saat kami menunggu giliran untuk bisa berfoto bersama pengantin. Hah, aku sengaja ambil foto tersebut dari belakang, ingin aku kirim ke Mustafa, bahwa kami sudah menunggu lamaaaaaa. Sudahlah panas-panasan, belum makan lagi kami itu. memang susah kalau menghadiri pernikahan orang hebat ya.

   Sejak kejadian itu, aku mendapatkan banyak pelajaran. Salah satunya, kita jangan datang di pernikahan tokoh besar kalau tidak menjadi tamu istimewa. Apalagi berharap ingin mengabadikan moment dengan foto bersama pengantin. Jangan harap!.. kalau kalian lakukan juga, maka usia kalian akan terbuang sia-sia untuk menunggu.

    Kalau bukan sahabat, aku tak sudi berdiri lama berdesak-desakan menunggu foto. Karena kawan aku itu, si Jhoni dan Elduwano mereka memaksa kali untuk foto. Katanya, "Nggak afdhol kalau kita datang nggak foto". Bayangkan coba, hukum alam dari dunia mana lagi dibawanya. Sejak kapan, syarat kita menghadiri pernikahan harus foto bersama pengantin. Inilah kalau kepala isinya hanya memori dan lensa kamera, asik be fotoooo aja. Apalagi Jhoni, kawan satu itu lebih lagi, lebih parah. Setiap sudut palembang selalu minta di fotokan. Kapan berhenti, dan ada sudut yang menarik, contohnya ukuran kursi yang nggak biasanya seperti ukuran di Riau, hah itu dijadikan background untuk berfoto.  Dan yang menjengkelkan, 1.000 foto yang aku ambil dengan handphone milikku, hanya 1 gaya saja. yang membedakan hanya background.

   Hah, itulah kegelisahan yang aku tanam selama ini. Capek betul menunggu foto sama mereka.

papan bunga dari Bupati Rokan Hilir, Riau, hehehe


Polisipun ikut mengucapkan selamat. ini calon pengantin
yang tidak akan kena razia. hkhkhk
   Aku pernah membaca kisah perang Ahzab, saat itu Ali bin Abi Tholib melihat seorang sahabat berduel dengan Musyrikin sangat gagah berani. Dia mengatakan " Si Fulan adalah seorang pemberani yang tidak takut mati, ia sangat ahli dalam berduel. Aku mengatakan ini, karena aku adalah seorang pemberani dan tidak takut mati"
Kalimat Ali itu menjelaskan, bahwa orang besarlah yang mampu mengakui bahwa ada orang lain yang besar untuk di akui. Saat pernikahan mereka, banyak para tokoh-tokoh mengucapkan selamat, dan mendoakan mereka. Semua itu orang besar, yah orang-orang besarlah yang mengucapakan selamat kepada orang besar. Paham nggak,? nggak paham ya, yaaa dipahami ajalah, atau pura-pura paham. Hargailah aku yang menulis ini. hehehehe


lihat senyum mereka.Bahagia bukan main
    Hah, kalau yang ini beda lagi. Lihatlah senyum mereka, bahagia sekali yah. Tidak ada yang salah dari senyum mereka, yang salah hanya 1. Mereka tidak tahu betapa menderitanya kami menunggu. Jadi, ada seperti ada penderitaan yang mereka simpan dari senyum bahagia mereka. Bukan penderitaan mereka, tapi penderitaan kami. Kalau kau baca ini tulisan Mal, ku kasih tahu sama kau rahasia yang belum terungkap. Kaki kami mau lepas ketika menunggu foto, hanya foto. Perut lapar belum makan, panas bukan main, hah, lain ceritanya. 


Ini perjalanan pulang setelah hajat terpenuhi
  Inilah baru waktu yang melegakan. 2 manusia ini nih yang melengkapi penderitaan kami. Karena hukum alam dan prinsip hidup dari hutan antah berantah yang mereka praktekan hingga kami kering terjemur di lapangan luas itu.

   Yah, karena ini tulisan untuk dokumentasi pernikahan sahabat terbaik kami. Aku mewakili teman-teman yang lain mengucapkan selamat, dan selamat, dan selamat. Itu aja, uda banyak kali doaku untuk kalian. Kalau aku tuliskan juga, sampai tua kalian nanti belum selesai membacanya, hehehehe.
Semoga kalian bahagai sampai cucu,cicit, dan atuk-atuk lah. Keluarga kalian diberikan Naungan oleh Allah Dzat yang menghilangkan kesulitan, Dzat yang memberikan kehidupan.