Saat Hari Raya Idul Fitri kemarin kami berkunjung kerumah guru-guru yang ada di Pondok Modern al Jauhar, karena kami ingin mengucapkan ribuan terima kasih dan memohon restu atas  perjalanan kami menuntut ilmu. Kami ingin berterima kasih banyak karena selama ini telah mendidik kami tanpa rasa letih dan penuh kesabaran. Tidak ada sesuatu yang bisa kami bawa sebagai oleh-oleh, namun doa kami adalah hadiah terbaik untuk mereka dan kami menjadi saksi dihadapan Allah kelak bahwa mereka sudah menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya.

   Kami datang kepondok bersama-sama, melihat beberapa tempat yang bersejarah saat kami menjadi santri dahulu. Mengingat dimana saja kami berkumpul, bermain bola, bermain, dan bercanda tawa. Mengenang itu seperti memasuki lorong waktu yang tidak ingin keluar darinya. 

Berkunjung kerumah Ustadz Rahmat Fadli Lc
       Menjadi Alumni memiliki nilai tersendiri, ada kekuatan sekaligus beban yang kita rasakan. Dan tentu saat berkunjung kerumah guru, kami diperlakukan bukan lagi seorang santri meskipun kami tetap menganggap diri ini belum bisa apa-apa dan mengharapkan bimbingan dan doa agar kami bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang banyak. Ustadz Fadli, Lc memberikan begitu banyak cerita dan pengalamannya saat ia menimba ilmu di negeri Piramid, Mesir. Sebagai penguat dan pelecut semangat untuk teman-temanku yang menuntut ilmu disana. Dan tidak kalah pentingnya, beliau memberikan nasehat-nasehat agar kami terus berbuat banyak untuk masyarakat. Karena ilmu dan peran kami sangat di butuhkan mereka, saat ini masyarakat membutuhkan generasi muda yang memiliki dedikasi dan cita-cita tinggi demi  memberikan secercah cahaya perubahan bagi kehidupan ini.

setelah beberapa menit berbincang, kami undur diri untuk kerumah Asatidzaha yang lain
     Setelah banyak berbincang dan mendengarkan nasehat-nasehat dari Ustadz Fadli, Lc kami undur diri untuk mengunjungi rumah ayah handa tercinta Ust Azwar Pimpinan Pondok Modern al Jauhar. Karena aku ingat sekali saaat kami berkumpul buka puasa bersama dengan majelis pimpinan dan dewan Asatidzah, Beliau berpesan agar kami tidak memutus komunikasi. "sering-seringlah berkunjung ke pondok kalau ada waktu, karena adik-adik kelas kalian membutuhkan dorongan motivasi dari senior-seniornya". Alasan itulah yang membuat kami untuk bermain ke pondok, dan seandainyapun jika tidak diperintahkan kami tetap akan bermain ke pondok. Tempat yang memiliki sejuta kisah bersejarah bagi hidup kami hingga saat ini. Pendidikan yang kami rasakan dan perubahan yang kami alami tidak bisa dilepaskan dari peran Pondok, dan tentunya para Ustadz-ustadz yang ada disini.

Bersama sahabatku Ridho Nasri Al Hafidz melihat lingkungan pondok tercinta

disudut Perpustakaan Pondok yang menyimpan sejuta cerita

    Akan aku ceritakan sedikit rahasia kepada kalian, mengapa kami berfoto disini, di sudut perpustakaan, atau di depan Jauhar Mart. Saat kami kelas 6, setiap sore kegiatan santri itu olahraga dan bercengkrama dengan teman-teman. Nah, kami karena saat itu sudah menjadi senior dan santri paling tinggi jika dipandang dari akademis. Kami selalu berkumpul dan tertawa, bercanda-canda, membahas hal-hal yang kami lihat disana. Padahal itu tidak diperbolehkan, karena sering sekali santriwati lewat. Tapi kami tidak lama berkumpul disana, kami akan pergi dengan sendirinya jika "pawangnya" sudah datang. Saat Ustadz keliling, berjalan mengeliling sekitar pondok untuk memastikan santri pergi kemasjid. Kami pasti akan berlari menghilang tidak kurang dari 5 detik. Ustadz Sukar**, salah satu teman kami mengabari. Saat itu juga kami menghilang, terus menerus hingga kami menjadi alumi. Nah, saat kami melewati tempat itu, kami tertawa dan ingin mengabadikan moment tersebut. Berada di tempat yang penuh cerita dan tawa. Karena saat itu apa yang kami lakukan disana tidak direkam atau di foto, namun terekam oleh ingatan yang setiap kami masing-masing mengenangnya. Indah,,, Indah sekali kenangan itu.


     Dan kalau yang satu ini lain lagi pasalnya. Kami ingin mengunjungi rumah Ayah handa Ust Azwar. Niat kami ingin bersilaturahim, namun karena jiwa santri itu masih sangat melekat erat dalam diri kami, sehingga rasa canggung dan takut jika berada di depan rumah beliau masih sangat terasa. Karena kami dahulu saat menjadi santri, jika menghadap ke Pimpinan, itu untuk meminta anggaran kegiatan, anggaran organisasi, atau membahas program, dan yang paling menyeramkan karena memiliki pelanggaran. Karena pondok mendidik kami untuk menjadi santri yang mandiri, berdiri diatas kaki sendiri. Nah, Pondok tidak pernah memuji apa yang sudah kami lakukan, walau itu sangat penting dan prestasi tinggi. Pondok tidak akan memuji. Pondok akan terus mengevaluasi kami sebagai santri.

     Diperbaiki setiap melakukan kekeliruan, atau kesalahan. Sampai kami tidak lagi mendapatkan celah dari kesalahan-kesalahan yang akan kami lakukan berulang-ulang. Jadi, setiap menghadap kerumah beliau, kami pasti mendapatkan kritikan dan perbaikan. Terkadang itu yang membuat kami ketakutan, walaupun pada hakekatnya itu sangat positif bagi kami. Tapi tetap saja, kami takut.

    Jadi, saat Idul fitri kemaren, kami ingin mengetuk rumah beliau saja. Kami tunjuk-tunjuk an. Kami saling dorong siapa yang akan mengetuk rumah beliau. Yang terjadi adalah, kekonyolan. Kami tidak ada yang berani mengetuk rumahnya sampai beliau keluar. Akhirnya, kami pulang sambil tertawa tak tertahankan. Padahal kami sudah menjadi alumni, dan bahkan beliaulah yang menyampaikan di depan seluruh santri dan orang tua santri Ahad 24 Jui 2014 lalu. Beliau mengatakan bahwa kami sudah menjadi alumni yang akan mengabdikan diri kemasyarakat. Lantas, apa yang kami takutkan untuk mengetuk pintu? ? ? itu adalah pertanyaan besar yang belum kami jawab sampai saat ini. Akhirnya kami pulang tanpa bertemu dengan beliau.

Di depan Wakaf Diamond 6`14

     Ini yang menjadi alasan kami terus tersenyum bahagia saat melihat pemberian kenang-kenangan kami untuk pondok masih berdiri terawat. Kami mengumpulkan dana untuk membangun mading santri yang berseni. Karena media santri di pondok adalah koran, dan kami sangat senang sekali membaca koran. Maka, dengan inisiatif bersama kami ingin membangun mading untuk koran. Alhamdulillah, sampai sekarang mading itu masih berdiri.  Aku berdoa semoga ini menjadi Amal jariyah bagi sahabat-sahabat Diamond 6`14, khususnya untuk sahabat kami Almarhumah Efnu Hajar yang telah Allah panggil mendahului kami, semoga kuburnya diluaskan dan diberikan cahaya dari amal-amalnya selama dia menimba ilmu agama.


    DI penghujung tulisan ini, aku berharap kepada seluruh teman-teman Diamond untuk menjalankan amanah dengan sebaik mungkin. Amanah yang pernah kita emban saat terakhir kali kita melepas status sebagai santri. Ahad 22 Juni 2014. Menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak dan memberikan warna yang menghiasi Dunia. Aku menulis ini tidak lain dan tidak bukan karena rindu yang memuncak pada Pondok tercinta Al Jauhar, sehingga dengan menulis ini, seakan-akan aku memasuki lorong waktu.