Dulu ketika aku diberi ayah sepeda "baru" yang di beli dari temannya, aku sangat bahagia dan langsung membawa kesana kemari, dengan perasaan penuh bahagia aku dorong sepeda itu sekuat mungkin. Namun tidak aku kendarai, karena saat itu aku belum bisa mengendarai sepeda. Aku langsung menemui Ayah untuk mengajarkanku mengendarai sepeda, dibwalah sepeda kejalan depan rumah, pagi-pagi buta adalah waktu pertama kali aku disuruh belajar mengendarainya. Aku tidak peduli kapan dan dimana aku belajar, karena yang ada dalam fikiranku adalah bagaimana caranya agar aku bisa mengendarai sepeda, dengan aku bisa mengendarai sepeda, berarti aku bisa bermain lebih jauh dengan teman-temanku.

    Hari pertama  aku masih gugup, hari kedua juga demikian, hari ketiga belum ada perubahan, dan di hari kelima aku beranikan diri untuk menggendarai sepeda kejalan kecil, jalan setapak namanya. Karena baru pertama kali aku mengendarai sepeda ke jalan kecil, aku terjatuh dan banyak luka di tubuhku, dadaku terkena stang, tanganku lecet, lututku mengeluarkan darah walau sedikit namun sakit. Aku langsung berlari menghampiri ibuku di dapur saat itu, ia sedang sibuk menyiapkan masakan buat kami makan malam, aku langsung mengadu, "Bu, Abang jatuh tadi naik sepeda, tangan Abang berdarah".
" Olesi pakai ludahmu, biar hilang perihnya" ucap ibuku tenang tanpa ada rasa panik dari wajahnya
Akupun langsung mengolesi semua lukaku dengan ludahku sendiri, perih awalnya namun setelah itu sudah hilang dan saat mandi perih itu tidak ada lagi.

    Aku terheran, kenapa bisa seperti ini? lukaku tidak perih lagi. Ibuku seperti dokter yang sudah berpengalaman. Mungkin kalian pernah merasakan hal yang sama. saat luka, ayah dan ibu hanya memerintahkan kita dengan mengolesi pakai ludah. Karena kami di kampung tidak mudah mencari dokter ataupun apotik untuk membeli obat.

   Ternyata ada pesan moral yang aku dapat sekarang. Itu sudah sering sekali aku lakukan sejak ayah dan ibuku memberitahukan. Namun baru sekarang aku sadar, ternyata yang mereka berikan bukan hanya cara menghilangkan perih dalam luka akan tetapi pesan moral yang terkandung di dalamnya sangat besar dan berharga.

   Aku sering terluka karena dikecewakan teman, sahabat, atau keadaan dan bahkan orang yang pernah aku sayang. Luka yang aku alami sangat perih namun tidak memiliki obat yang bisa aku beli sendiri. Ternyata, pelajaran yang aku dapatkan dari ludah dan luka adalah mandiri. Ayah dan Ibu tahu bahwa mereka tidak akan selalu ada di samping kita, saat bahagia ataupun kecewa. Oleh karenanya mereka memberikan cara untuk berdiri bangkit dari jatuh yang membuatmu terluka. Saat engkau di kecewakan oleh orang lain, jangan berharap orang akan datang membasuh lukamu, jangan pernah berharap. Bangkitlah sendiri dan mulailah mencari solusi dari masalah yang kau hadapi. Dan ternyata kau lebih memiliki potensi yang tinggi untuk membuat hilang semua perih. Kau..... yah, kau sendirilah yang bisa menyelesaikan masalah yang sedang kau hadapi tanpa meminta pertolongan yang pada hakekatnya tidak memikirkan keadaanmu, dia lebih sibuk dengan misinya sendiri.

     Ayah dan Ibuku telah mengajarkanku, aku bisa bangkit dan maju sendiri untuk berlari mengejar semua mimpi-mimpi, saat kau terluka dulu, sebenarnya mereka khawatir dan takut, namun ia lebih takut jika engkau terluka dan selalu bergantung dengan orang di sekitarmu yang justru membuatmu jatuh lebih jauh. Lukamu dan mereka sangat berkaitan erat, Ayah dan Ibu ingin sekali selalu berada disampingmu saat engkau terluka dan menangis sedih, tetapi ia lebih baik menyendiri di sudut malam berdoa kepada Sang Ilahi untuk memohon agar engkau mampu menjaga diri.

   Berterima kasihlah kepada mereka, Ibumu dan Ayah yang hebat, mereka mampu menyembuhkan dan menghilangkan semua luka yang kau derita tanpa harus menyentuhmu ada.