Banyak diantara kita yang ingin memberikan perubahan kepada orang banyak disekitar kita dengan hal-hal besar penuh khayalan. Hingga pada akhirnya tidak mampu kita lakukan karena ekspetasi yang terlalu tinggi dan semangat untuk mengejar mulai hilang berganti. Padahal untuk membuat orang tersenyum sangatlah mudah, jadikan kehadiranmu bukan ancaman bagi mereka, jadikan kehadiranmu seperti warna untuk mereka. Dan maksimalnya adalah, kehadiranmu menjadi muara kehidupan bagi mereka.

     Beberapa waktu yang lalu kami datang kesebuah tempat yang terpencil di pulau tetangga tempat kami tinggal, hanya beberapa kepala keluarga disana. Tidak banyak, namun mereka sama seperti kita yang mencari kehidupan, menghidupi keluarga agar tidak kelaparan, memberi pendidikan untuk masa depan, sama seperti halnya yang kita lakukan. Tujuan kami datang untuk memberikan semangat baru bagi mereka, kami sholat berjamaah di masjid yang sunyi peminatnya, membersihkan lingkungan yang mungkin jarang mereka lakukan di sekitarnya. Intinya kehadiran kami saat itu adalah memberikan manfaat untuk bersama.

    Kami datang bukan membawa dana yang wah, juga bukan membawa makanan yang bisa menolong mereka, yang kami lakukan adalah memperbaiki jalan. Dan ternyata itu sangat bermanfaat bagi mereka, karena sering terjadi kecelakaan disana. Anak-anak yang mengendarai sepeda motor pulang dari sekolah tidak sedikit yang jatuh karena buruknya jalan yang ada. Dan mereka sangat senang saat kami memperbaiki dan menambal kerusakan jalan-jalan disana, mereka senang sekali.

    Pada akhirnya aku berfikir sejenak, bahwa sebenarnya memberi tidak harus dengan dana, memberi tidak harus membuat mereka berubah secara materi. Cukup memberikan hal yang kita bisa dan membaut mereka bahagia, aku sangat senang dengannya. Ditambah lagi anak-anak remaja yang sangat antusias akan kedatangan kami karena mereka bisa belajar mengaji. Untuk kalian yang ingin memberi, cukuplah dengan hal yang kau bisa sendiri tanpa harus membuatmu rugi. Rugi bukan karena kau telah mengeluarkan harta bendamu sendiri, tetapi rugi karena terus asyik berdiam diri menyaksikan mereka terus-menerus tersiksa karena kekurangan dan kesulitan untuk menghidupi diri mereka sendiri.