Senyuman di Kota Batu



     Setelah 5 hari lamanya kami di bumi perkemahan Coban Rondo Malang. Berada di hutan lindung dan keramaian teman-teman dari berbagai daerah di segala penjuru Indonesia. Kami bergerak ke Kota Batu untuk menikmati suasana malam di alun-alun kota Batu.

     Karena kebetulan malam Minggu, jadi di alun-alun sangat ramai pengunjung. Ya sudah tahulah Siapa mereka yang datang di alun-alun malam Minggu, pasangan kawula muda. Kata orang awam biasa, anak muda berpasangan padahal agama melarang jika berpasangan tidak mahrom. Ah itu bukan bahasan kita. Hehehehe

     Nah, di alun-alun sini ada baling-baling kami bilang, yang kebanyakan adanya di pasar malam kalau di kampoeng. Harga tiketnya 3 ribu. Kami dengarnya ketawa. Bukan maksud menghina atau sok kayak, tetapi kaget kok murah sekali. Dan ternyata tidak cukup disitu, makanan dan minuman disini murah meriah. Berbeda jauh dengan di tempat kami Batam yang kebanyakan kulinernya mahal-mahal. Kami sadar, ini Jawa bukan Batam.

    Karena kami hanya untuk menikmati suasana malam, jadi sesampainya di alun-alun dan ditengah keramaian, tidak ada yang lain kami lakukan selain fotp bersama. Yah, mengabadikan moment, kata sahabatku Nuger foto itu untuk melihat waktu yang telah berlalu. Itu katanya tahun 2011 lalu saat di pondok.

   Malam mingguan kata orang, buanyaaak sekali di sudut tempat strategis pria dan wanita duduk berdua. Senyum dan ketawa, aku tak tahu sih apa yang mereka ceritakan. Tapi frasatku berkata, ah itu hanya cerita nggak penting, hanya saja untuk menghargai yang bercerita dia harus tertawa. Hehehe 

       Yang asik itu lihat ibu dan bapak yang sufah tua tapi tempat bermainnya di alun-alun yang dibilang genre muda. Artinya, si bapak masih romantis sama si emak meskipun anak di rumah sudah banyak. Cinta sejati enaknya di katakan untuk merela. Iyalah, sudah tua mereka masih berduaan di tempat anak muda mayoritas. Aku kalau lihat mereka senyum-senyum sendiri. Apa bisalah aku kalau sudah tua seromantis itu, hehehe

    Yah, pada intinya kami di alun-alun hanya untuk numpa foto doang, cari tempat yang keren habis itu langsung foto. Selesai, setelah itu jalan-jalan keliling alun-alun nggak ada tujuan. Kapan berhentinya? Nanti kalau uda pegel ni kaki batu berhenti jalan. Yah, gitulah santri kebanyakan. Yang penting buat diri senang, itu sudah lebih dari yang diharapkan.


   

Dua satria Hidayatullah


Posting Komentar

0 Komentar