Dalam dunia pendidikan Islam menuntut ilmu memiliki banyak kaidah dasar yg harus diketahui seperti adab kepada Allah, kepada Guru, kepada teman, dll

    Ada beberapa penuntut ilmu yang berpikiran bahwa guru adalah tempat untuk meminta ilmu semata dan tidak memperhatikan kaidah dasar yang harus dipenuhi. Tidak sedikit kita temukan seorang murid berkata kasar, memfitnah, mengolok-olok dan bahkan mendzolimi. Tentu ini bukanlah yang diajarkan dalam agama Islam.

    Murid harus memperhatikan adab kepada gurunya, karena dengan menghormati dan memuliakan guru adalah gerbang menuju taman ilmu. Bukankah seorang penuntut ilmu adalah orang yang menghindar dari kebodohan. Ia berlari mencari juru selamat dari cengkraman kuku tajam kebodohan yang akan memberikan kesengsaraan hidup dan kebinasaan.

     Orang yang menuntut ilmu seperti berlari menghindari kejaran singa buas, dan orang yang berlari dari kejaran singa tidak akan memilih-milih orang yang bisa memberi jalan untuk selamat dari kejaran singa. Dia pasti akan menuruti apa yang disampaikan oleh penunjuk jalan tersebut tanpa membantah. Nah begitulah seharusnya seorang murid kepada guru, karena guru adalah juru selamat dari kebodohan murid tidak pantas membantah,mengolok-olok , memfitnah seorang guru.

     Murid harus mendatangi guru guna meminta ilmu yang bermanfaat untuk hidupnya. Bukan sebaliknya, mencaci guru karena ada kesalahan yang dilakukan.




   Sebagaimana dikisahkan bahwa Zainal Abidin Ali bin Husein bin Ali bin Abu Tholib ia pergi mendatangi Zaid bin Aslam (seorang ulama dari keturunan budak), kemudian duduk belajar kepadanya. Nafi' bin Jubair bertanya kepadanya ;

غفر الله لك، انت سيد الناس و افضلهم تذهب إلى هذا العبد فجلس معه- يعني زائد ابن اسلم...فقال :انه ينبغي للعلم ان يتبع حيثما كان.

"Semoga Allah mengampunimu! Anda ini pemimpin manusia dan yang paling utama di tengah-tengah mereka, mengapa anda mau pergi kepada budak ini lalu duduk bersamanya? '' Zainal Abidin Ali menjawab: sungguh sudah selayaknya bagi ilmu untuk diikuti dimana pun keberadaannya"

      Ini adalah jawaban dari seorang yang   mengetahui hakikat keimanan sehingga Allah memberikan kebersihan hati dalam menyikapi sesuatu. Ilmu haruslah di datangi dan di minta kepada siapapun meskipun dia seorang yang berasal dari keturunan budak sekalipun.


    Zainal Abidin Ali adalah keturunan Rasulullah dari jalur Fatimah anak dari rahim Khadijah . Fatimah dan khadijah adalah dua wanita terbaik sepanjang masa dunia ini berada.  Tetapi ia tetap menjemput ilmu dan meletakkan dirinya di posisi seorang penuntut ilmu yang harus menghormati guru.



    Sehingga kita sangat miris saat melihat seorang murid memperlakukan gurunya seperti budak yang hina. Imam syafii mewasiatkan kepada kita tentang harusnya hormat kepada guru: "bersabarlah dengan kerasnya didikan guru kepadamu, karena dengan memusuhinya adalah penghalang untuk mendapatkan ilmu"

   Seandainya para penuntut ilmu mengetahui pengorbanan seorang guru kepadanya, doa yang di panjatkan setiap malam kepadanya, keringat yang bercucuran karenanya, iaakan menangis dan meminta maaf dan menghinakan diri dihadapkan guru tersebut. Tetapi cukuplah doa seorang murid untuk gurunya yang menjadi kado pemberian terindah.

    Saya seorang penuntut ilmu sangat berterima kasih kepada sang juru selamat saya yang telah sabar dalam menghadapi kebodohan saya, mendidik tanpa rasa putus asa, segala peluh ia jadikan seperti angin yang menyejukkan. Kepada Ustadz Muhammad Silmi Kaffah, Ust Sahroni , Ustadz Muhammad khodir dan segenap guru-guru hebat di Ponpes Muhammadiyah Duri. Tanpa mereka saya tentu akan menderita dengan panitia kebodohan, saya akan terus tenggelam oleh kajahiliaan yang membinasakan. Mereka adalah manusia hebat yang Allah hadirkan untuk kehidupan saya yang saat ini penuh dengan warna. Terima kasih guruku, terima kasih pahlawanku, terima kasih juru selamatkan. Semua jasamu akan terus tertanam dalam saudariku.

#kata_hati_seorang_alumni
#hamba_yg_haus_ampunan
#bangga_menjadi_santri