Bangunan Tua yang melegendaris bagi penuntut ilmu ketika itu, berdiri seakan-akan mau runtuh, padahal ia kokoh, sekokoh kemauan anak-anak yang berdiri diantara barisan-barisan panjang penuh harap. Membawa piring dan buku adalah syarat mutlak bagi siapapun yang akan berdiri dihadapannya. kalian pasti bertanya untuk apa buku itu? buku kecil yang didalamnya tertulis kumpulan kata-kata yang harus dihafal, kuteb namanya. buku kecil yang selalu dibawa kemanapun kecuali ke kamar mandi.
Bangunan itu, Dapur santri yang sudah lama berdiri sampai saat ini. Santri-santri berdiri mengantri untuk mengambil jatah setiap harinya selama tiga kali. banyak kejadian-kejadian yang unik untuk dilihat, seperti berteriak karena berbicara bahasa indonesia, menggumam sebab barisannya di potong kakak kelas,sampai piring yang pecah menambah riuh suasana. Pondok sangat berjasa dalam kehidupan bagi santri, ketika ia menjalani kehidupan diluar yang penuh dengan gemuruh ombak ujian dan rintangan santri dapat menjalani penuh dengan ketenangan karena sudah terlatih untuk sabar. Sabar adalah hasil dasar yang didapatkan dari pondok, betapa tidak, setidaknya saat menjadi junior berdiri di antrian panjang kemudian di potong dan terdorong-dorong sangat sering terjadi. dan itu melatih rasa sabar yang amat sangat.
Diantara barisan panjang seperti tembok china yang menjulur ada sosok yang berdiri penuh wibawa, tak pernah senyum kecuali sedikit. mata tajam memandang siapapun yang berdiri ketika itu. Ia mencari siapa saja yang berani berbicara bahasa indonesia. tidak ada yang berani, hukuman yang paling sangat di wanti-wanti adalah diberdirikan depan barisan santriwati. ini adalah hukuman berat yang sulit di terima. seperti hukuman mati bagi pengedar narkoba. takut!
Dapur adalah tempat yang sangat fenomenal bagi santri, karena dapur adalah muara kehidupan bagi mereka, tempat menyambung nyawa agar tidak kelaparan. tetapi hal yang paling diingat adalah waktu, tidak boleh sembarang datang untuk makan, karena waktunya terbatas dan terjadwal.
Santri baru, berbadan kecil dan bergaya lugu adalah orang yang sering menjadi korban, meskipun sudah datang dari awal, berlari mengeluarkan tenaga maksimal layaknya mengejar musuh yang berlari di medan perang. tetapi jika sudah datang sosok berbadan besar, tinggi, seram, kelas lebih tinggi dalam angka senior namanya, maka ia harus mengorbankan barisan untuknya. di potong. sabar ! inilah yang dilatih jika berada di bangunan papan ini.
Dapur medan melatih kesabaran untuk Santri junior.
to be continued !


0 Komentar