Hari Ahad 7 Ramadhan adalah hari yang tidak akan pernah dilupakan, teman, sahabat, dan keluarga kami Saidul Aksha telah kehilangan sosok Ayah yang telah menjadi pahlawan dalam hidupnya. Kita terkadang tidak pernah berfikir akan secepat apa kedua orang tua akan meninggalkan kita, dan itu juga yang terjadi oleh Aksha. Ia tidak akan pernah berfikir bahwa Ayahnya akan pergi secepat itu, tapi inilah kehidupan yang kita tidak tahu ujung dari akhir hidup kita. Kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan betapa kasih sayang Ayah Saidul aksha yang tidak pernah luntur ditelan waktu. Kami hidup bersama di pondok sudah 6 tahun lamanya dan itu bukanlah waktu yang sebentar, suka dan duka sudah kami jalani bersama. Termasuk melihat betapa kasih sayang Ayahnya yang sangat membuat dia menjadi sosok laki-laki yang tangguh dan berani. Pergi dari rumah dengan harapan mampu melihat ananda yang berada di pondok untuk melepas rindu yang membuncah di dalam hati. Ayahnya,,,,,,,, Ayahnya tidak kenal lelah, perjalanan yang sangat jauh. Kami katakan sangat jauh, karena ia tinggal di desa yang kebetulan jauh dari tempat Aksha belajar.

Mengendarai motor di tengah terik Matahari ketika siang, dan melewati hujan yang deras disaat cuaca tidak bersahabat,  sedangkan jalan tidak mengenal siapa yang berada diatasnya, saat panas datang, abu yang beterbangan membuat sesak dada, dan ketika hujan datang, jalan menjadi licin dan kemungkinan akan terjadi hal yang buruk padanya, tapi itu semua di lalui Ayahanda dengan tegar tanpa rasa lelah terlihat dari raut wajahnya. Menjenguk ananda hampir setiap bulan dalam 6 tahun lamanya, tentu beliau merasakan kesulitan dan letih yang teramat sangat dengan jalan yang harus dilalui penuh perjuangan. Selama itu juga harapan terus terpancar dari aura senyum dan semangatnya untuk melihat anak  sulungnya itu menjadi manusia yang  bermanfaat bagi orang lain.

Kami sangat merasakan betapa lelahnya menempuh perjalanan dari rumah untuk ke pondok, dan lelah yang kami rasakan sampai sekarang masih membekas. Padahal itu hanya kami lakukan dalam satu kali perjalanan, bagaimana yang dilakukan beliau selama setiap bulan dalam 6 tahun lamanya. Sungguh melelahkan bukan, tapi itu  beliau tidak pernah mengeluh, meskipun dirinya di penuhi rasa peluh, tidak pernah menjerit meskipun tubuh dihampiri rasa sakit. Karena sayangnya beliau, sampai sakit yang dideritanya tidak dapat diketahui oleh sang ananda. Mungkin ini adalah sifat orang tua yang alami, untuk menyembunyikan kesulitan yang mereka rasakan agar anak-anaknya tidak ikut merasakan  apa yang telah mereka rasakan.

Kini sang ayah telah pergi untuk selama-lamanya, diri yang tidak mengenal kata lelah telah tiada. Hanya nasehat, pesan dan petuah yang menjadi kenangan untuk di simpan.  Usia bukanlah jaminan untuk kita hidup lebih lama, usia tidak memberikan ketenangan bahwa kita akan menjadi penghuni dunia dalam durasi yang lama. Akan tetapi Takdir yang berbicara berapa usia kita di dunia. Ketika Allah sudah menetapkan berapa usia kita, maka kita tidak mampu untuk merubahnya
Penyakit yang di derita beliau adalah Tumor ganas  yang telah menggrogoti keehatan beliau dalam jangka waktu lama ditambah beberapa penyakit yang lama bersarang sebelumnya sehingga terjadi komplikasi. Tetapi yang membuat hati kami sedikit lega adalah, bahwa Allah dengan Maha Kemurahannya, memilihkan waktu yang baik untuk memanggil beliau, Di Bulan suci Ramadhanlah waktu terakhir beliau di dunia. Dan mudah-mudahan Allah menjadikan hambanya yang mendapatkan nikmat kubur serta Jannah yang indah. Kita berhusnudzon kepada Allah bahwa ini adalah tanda kasih sayang pada Ayahnya.

Dengan hati yang tegar dan Ikhlas, Aksha melepas kepergian Ayahanda tercinta, meskipun air mata membasahi, tetapi doa tidak akan penah berhenti, berharap agar Allah memberikan tempat terbaik untuknya. " Terima Kasih Ayah!!!"
hanya kalimat ini yang bisa terucap dari lidah yang sudah tidak sanggup bergerak. terima kasih ayah, karena sudah memberikan kasih sayang yang tiada tara, kasih sayang yang membuat hidup ini berwarna, tidak akan ada lagi yang memberikannya persis seperti engkau memberikan dalam setiap hari-hariku" lirihnya diiringi derai air mata
" TERIMA KASIH AYAH",,,,,,,,,,,,,,
Senyuman yang menghilangkan kesedihannya, ketika sahabat-sahabatnya menghiburnya
ini ketika sahabat-sahabatnya yang datang untuk memberikan semangat dan motivasi, sebenarnya masih banyak teman-teman yang ingin datang, tetapi karena terpisah jarak dan waktu, sehingga perwakilan saja yang hadir. tetapi ini sudah cukup untuk membuatnya terhibur, setidaknya ada yang merasakan sedikit kepedihan dan kehilangan.
"Innalillahi wainna lillahi roojiuun, yang sabar yaa Dul, Titip alam sama adoel, afwan tidak bisa hadir" Ridho Nasri ( Sahabat Aksha yang sedang belajar di pondok tahfidz Isy Karimah, Solo.) "Inalillahi wainna lillahi roojiuun, Semoga amal ibadah beliau diterima disisi Allah, Titip salam yang Sob buat Adoel, Sampaikan maaf dari ana, tidak bisa ziarah" Muhamad Fauzan (sahabat aksha yang sedang kuliah di Jakarta)
"Inalillahi wainna lillahi roojiuun, Sampaikan salam ana sama pihak keluarga Saidul Aksha dari KSMR cairo, Mesir." Karim Kurniawan ( sahabat Aksha yang sedang kuliah di Al Azhar, Mesir)
"Inalillahi wainna lillahi roojiuun, Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah,Amin ya mujib" Muhammad Andre ( sahabat aksah yang mengundurkan ujiannya demi melihat keluarga Aksha)
"Inalillahi wainna lillahi roojiuun, Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah,Amin ya mujib " Jhoni Iskandar ( Sahabat Aksha yang datang dari Pekanbaru)
"Inalillahi wainna lillahi roojiuun, Semoga diterima segala ibadahnya dan mendapat tempat terbaik " Ria Pertiwi ( sahabat Aksha yang kuliah Di Jawa Tengah)
""Inalillahi wainna lillahi roojiuun, telah berpulang kerahmatullah Ayah dari Sahabat kita Saidul Aksha pada jam 03.00 di Pekanbaru, Semoga saidul aksha diberi ketabahan dan kesabaran, amin , lahul fatiha " Riduan ( sabahat aksha yang sedang kuliah di jawa tengah)
dan masih banyak lagi salam serta doa dari teman-teman dan sahabat seperjuangan Saidul Aksha yang tidak bisa tertulis semuanya, mudah-mudahan ini bisa mewakili dan membuat Saudara Aksha menerima dengan tabah.
Saidul Aksah,, engkau tidak sendiri merasakan kepedihan ini, kami semua sahabatmu juga merasakan apa yang engkau rasakan.