Kemacetan,  tinggal di kota metropolitan memiliki tantangan tersendiri, selain kita harus pandai mengatur hidup, kita juga harus melatih diri untuk terbiasa dengan sesuatu yg baru kita temukan. Macet... hal yang sangat memuakkan bagi kita. Pulang kerja mengejar waktu agar bisa beristirahat lebih awal. Terhalang karena macet. Terlambat bangun dan harus pergi kuliah terhenti karena macet. Janjian dengan teman diwaktu yg telah di tetapkan terulur menjadi waktu karet karena macet. 

Sebenarnya ada pelajaran yg sangat berharga bagi orang yang memiliki fikiran positif. Apa itu? Melatih kesabaran, bukankah kesabaran adalah hal yg sangat sulit di taklukan. Kita bisa belajar dari kebiasaan kita sehari-hari yang selalu kita hadapi. Bukankah belajar kesabaran melalui ini adalah pelajaran yang gratis namun bermakna tinggi.

Orang berkelahi adu pukulan karena habis kesabaran, mencuri uang teman karena tidak sabar ingin membeli sesuatu. Berkelahi dengan istri, keluarga, dan bahkan anak sendiri karena hilangnya kesabaran dan tidak mampu mengontrol emosional.

Sabar, ketika ditimpa musibah bersabar, ketika kehilangan sesuatu sabar, ketika di khianati sabar, ketika disakiti sabar. Dan sabar itu haruslah di latih, ya dengan cara menunggu waktu kita untuk keluar dari kemacetan. Ketika macet panjang, sabar dan mencari hiburan dengan dzikir, murojaah hafalan,  istighfar. Bukankah ketika memaki kemacetan itu, dia tidak akan hilang, justru kita akan kehilangan kesabaran. Dan akhirnya mengambil langkah yg salah, mengebut, menabrak, dan sebagainya. Kita memiliki orang yg menanti di rumah, ingatlah mereka, ibu, ayah, adik, Sahabat, dan orang - orang terdekat.

Menggunakan waktu macet dengan berdzikir,  adalah hal yang positif, memberi hasil, selain mendapatkan pahalah, kita juga sedang melatih diri untuk sabar. Kan sayang, ketika macet. Lidah yg tidak bertulang ini memaki-maki, berkata kotor, mengumpat. Dan akhirnya kita mendapatkan dosa, kemacetan tidak hilang, masalah bertambah. Yang harusnya hanya menghadapi macet, ini malah ditambah dengan memikirkan kenapa macet. Siapa pemimpinnya, apa tidak diperhatikan, dan banyak komentar yg tidak penting. Jalani, dia akan berlalu. Layaknya malam yang gelap, gulita nya tidak akan kekal, ia akan tehapus oleh mentari pagi, dan keindahan mentari pagi akan terkikis oleh panasnya yang mendekati bumi, kemudian senja datang menyambut malam, yang intinya. Tidak ada yang kekal, kecuali Rabb sang Pencipta. Kemacetan yg engkau hadapi tidak lama, jangan jadikan macet itu sebagai musuh, akan tetapi jadikan tempat dirimu menempa kepribadian. Bersabarlah!